Thoyyib Dan Khobits (30)
Jabir bin Abdulloh menuturkan :
غَزَوْنَا مَعَ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم وَقَدْ ثَابَ مَعَهُ نَاسٌ مِنَ
الْمُهَاجِرِينَ حَتَّى كَثُرُوا ، وَكَانَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ رَجُلٌ لَعَّابٌ
فَكَسَعَ أَنْصَارِيًّا ، فَغَضِبَ الأَنْصَارِىُّ غَضَبًا شَدِيدًا ، حَتَّى
تَدَاعَوْا ، وَقَالَ الأَنْصَارِىُّ يَا لَلأَنْصَارِ . وَقَالَ الْمُهَاجِرِىُّ
يَا لَلْمُهَاجِرِينَ . فَخَرَجَ النَّبِىُّ
صلى الله عليه وسلم فَقَالَ مَا بَالُ دَعْوَى أَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ
ثُمَّ قَالَ مَا شَأْنُهُمْ فَأُخْبِرَ
بِكَسْعَةِ الْمُهَاجِرِىِّ الأَنْصَارِىَّ قَالَ فَقَالَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم دَعُوهَا فَإِنَّهَا
خَبِيثَةٌ وَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أُبَىٍّ ابْنُ سَلُولَ أَقَدْ تَدَاعَوْا
عَلَيْنَا ، لَئِنْ رَجَعْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ الأَعَزُّ مِنْهَا
الأَذَلَّ . فَقَالَ عُمَرُ أَلاَ نَقْتُلُ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا الْخَبِيثَ
لِعَبْدِ اللَّهِ . فَقَالَ النَّبِىُّ
صلى الله عليه وسلم لاَ يَتَحَدَّثُ النَّاسُ أَنَّهُ كَانَ يَقْتُلُ
أَصْحَابَهُ
Kami berperang bersama nabi shollallohu alaihi wasallam.
Sejumlah kaum dari kalangan muhajirin berkumpul bersama beliau hingga berjumlah
banyak. Diantara mereka ada laki-laki yang suka bercanda. Ia memukul pelan (dengan
maksud bercanda) seorang anshor (Sinan bin Wabaroh). Hal itu membuat anshor
marah luar biasa hingga diantara mereka saling panggil. Anshor berkata “ Wahai
kaum Anshor ! “ Sementara kaum muhajirin berkata “ Wahai kaum muhajirin ! “.
Nabi shollallohu alaihi wasallam segera keluar seraya bersabda : Ada apa dengan
seruah jahiliyyah itu ? Lalu beliau bersabda lagi : Ada apa dengan mereka ? Kemudian
beliau diberitahu perihal pukulan yang dilakukan muhajirin terhadap anshor.
Tinggalkan seruan itu karena ia adalah khobitsah (kotor). Abdulloh bin Ubay
berkata : Apakah mereka dibiarkan begitu saja untuk saling berteriak untuk
mengganggu kita (orang Madinah). Sesungguhnya jika kita telah kembali ke
Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari
padanya. Mendengar perkataan ini, Umar berkata : Tidak bolehkah ya rosululloh,
kami membunuh si khobits ini (Abdulloh bin Ubay). Nabi shollallohu alaihi
wasallam bersabda : Jangan lakukan ! Jangan sampai manusia berkata “ Muhammad
membunuh saudaranya [HR Bukhori]
Peristiwa di atas memberi kita faedah :
Akibat bercanda
Bercanda dalam batas-batas tertentu diperbolehkan. Tidak semua
orang suka dicandai oleh temannya, termasuk Sinan bin Wabaroh. Ini menunjukkan
bahwa canda tidak bisa dilakukan kepada semua orang.
Fanatisme kedaerahan
Ini bisa kita dapatkan dari kalimat “ Wahai kaum Anshor ! “
dan “ Wahai kaum muhajirin ! “. Bila dibiarkan, ukhuwah antara mereka bisa
berubah menjadi permusuhan dan saling bunuh. Perbuatan ini disebut oleh nabi
shollallohu alaihi wasallam sebagai perbuatan khobitsah (kotor)
Peran Abdulloh bin Ubay
Ia adalah tokoh munafiq nomer satu. Setiap ada momen untuk
menghancurkan islam maka ia akan segera lakukan. Oleh karena itu fanatisme
sebagai kaum pribumi dihembuskan di tengah-tengah anshor dengan mengatakan “
Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat
(pendatang, muhajirin) akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya (kaum
anshor). Mendengar kalimat ini Umar melakukan dua hal : Menyebut Abdullah bin
Ubay sebagai khobits dan berniat untuk membunuhnya
Mengambil pilihan maslahat
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam mencegah keinginan
Umar dengan tujuan jangan sampai manusia berkata “ Muhammad membunuh saudaranya
“
Walhasil, siapa yang berhak disebut khobits pada kisah ini ?
Jawabannya adalah orang munafiq dan semua slogan jahiliyyah.