Salah satu cara untuk terkabulnya doa adalah bertawasul atau
mencari wasilah. Dari sinilah munculnya perbuatan syirik. Banyak manusia
berdatangan ke kuburan wali dan orang sholih untuk dimintai perantara antara
dirinya dengan Alloh. Tentu ini satu pelanggaran berat. Di samping tidak pernah
diajarkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam, perbuatan ini bisa
dikategorikan sebagai syirik besar.
Banyak diantara mereka berhujjah dengan firman Alloh :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai
orang-orang beriman bertaqwalah kepada Alloh dan carilah alwasilah kepadaNya
dan berjihadlah di jalanNya agar kalian mendapat untung [almaidah : 35]
Apa arti
dari alwasilah pada ayat di atas ? :
(1)
Ibnu Katsir berkata :
عن ابن عباس: أي القربة
Ibnu
Abbas berkata : Maksudnya adalah kedekatan
Selanjutnya
Qotadah lebih memperjelas pengertian di atas dengan mengatakan :
أي تقربوا إليه بطاعته والعمل بما يرضيه
Mendekatlah
kepada Alloh dengan mentaatiNya dan beramal dengan apa yang Alloh ridloi
(2)
Jalaluddin Assuyuthi dan Jalaluddin Almahalli (tafsir aljalalain) :
ما يقرّ بكم إليه من طاعته
Apa
saja yang mendekatkan kalian kepada Alloh berupa ketaatan kepadaNya
(3) Albaidlowi
أي ما تتوسلون به إلى ثوابه والزلفى منه من فعل الطاعات وترك المعاصي
Apa saja yang dijadikan sarana untuk mendapatkan pahala dan
mendekatkan diri kepada Alloh berupa mengerjakan ketaatan dan meninggalkan
maksiat
(4) Imam Albaghowi :
هي فعيلة بمعنى ما يتوسل به ويتقرب إلى الله عز وجل من فعل الطاعات
وترك المعاصي
Alwasilah bentuk wazn dari fa’iilatun, maknanya adalah apa
yang dijadikan sarana dan upaya mendekatkan diri kepada Alloh dengan
melaksanakan ketaatan dan meninggalkan perbuatan maksiat
Selanjutnya Imam Albaghowi mengkritik para quburiyyun
(penyembah kubur) yang selalu mendatangi kuburan orang sholih dengan mengatakan
:
واستدل بعض الناس بهذه
الآية على مشروعية الاستغاثة بالصالحين وجعلهم وسيلة بين الله تعالى وبين العباد
والقسم على الله تعالى بهم بأن يقال : اللهم إنا نقسم عليك بفلان أن تعطينا كذا ،
ومنهم من يقول للغائب أو الميت من عباد الله تعالى الصالحين : يا فلان ادع الله
تعالى ليرزقني كذا وكذا ، ويزعمون أن ذلك من باب ابتغاء الوسيلة ، ويروون عن النبي
صلى الله عليه وسلم أنه قال إذا أعيتكم الأمور فعليكم بأهل القبور ، أو فاستغيثوا
بأهل القبور وكل ذلك بعيد عن الحق بمراحل .
Sebagian manusia berargumen dengan ayat di atas tentang disyariatkannya
beristighotsah dengan orang-orang sholih dan menjadikan mereka perantara antara
Alloh Ta’ala dan hamba serta bersumpah atas nama Alloh dengan berkata : Ya
Alloh sesungguhnya kami bersumpah kepadaMu atas fulan agar Engkau memberikan
kepada kami “ ini “ dan diantara mereka ada yang berkata kepada yang ghoib atau
mayit dari kalangan hamba Alloh yang sholih : Ya fulan, mintakan kepada Alloh
agar Dia memberi rizki kepadaku ini dan itu. Mereka mengklaim bahwa itu bagian
dari mencari wasilah yang benar. Mereka juga membawakan riwayat dari nabi
shollallohu alaihi wasallam, dimana beliau bersabda : Bila kalian ditimpa
kesulitan pada suatu perkara maka datangilah ahli kubur atau beristighitsahlah
kepada ahli kubur. Itu semua jelas jauh dari kebenaran
Selanjutnya Imam Baghowi menambahkan :
وتحقيق الكلام في هذا المقام أن
الاستغاثة بمخلوق وجعله وسيلة بمعنى طلب الدعاء منه لا شك في جوازه إن كان المطلوب
منه حياً
Kesimpulan dari masalah ini bahwa istighotsah kepada makhluq
dan menjadikannya wasilah yang bermakna doa, tidak diragukan lagi akan
kebolehannya bila yang diminta masih hidup
Walhasil dengan alasan apapun bertawassul kepada orang yang
sudah mati tidak memiliki hujjah yang nyata
Maroji’ :
Tafsir : Ibnu Katsir, Aljalalain, Albaghowi, Albaidlowi
(maktabah syamilah) hal 113