Birrul Walidain (8)
عن أسماءَ بنتِ أَبي بكر الصديق رضي
الله عنهما ، قَالَتْ : قَدِمَتْ عَلَيَّ أُمِّي وَهِيَ مُشركةٌ في عَهْدِ رسولِ
الله صلى الله عليه وسلم ، فاسْتَفْتَيْتُ رَسُول الله صلى الله عليه وسلم ،
قُلْتُ : قَدِمَتْ عَلَيَّ أُمِّي وَهِيَ رَاغِبَةٌ ، أفَأصِلُ أُمِّي ؟ قَالَ :
نَعَمْ صِلِي أُمَّكِ
Dari Asma binti Abu Bakar rodliyallohu anhuma, berkata : Pada
masa rosululloh shollallohu alaihi wasallam, ibuku datang untuk menemuiku,
padahal ia seorang musyrik. Lalu aku menanyakan kepada rosululloh shollallohu
alaihi wasallam masalah itu. Aku berkata : Ibuku datang, ia sangat berhasrat
untuk menemuiku, bolehkan aku menemui ibuku ? Beliau menjawab : Benar, temuilah
ibumu [muttafaq
alaih]
Riwayat di atas memberi faedah :
1. Kasih
sayang seorang ibu kepada anaknya meski berlainan aqidah
Ibu dari Asma sangat berhasrat untuk menemuinya, padahal
secara fakta keduanya berbeda keyakinan. Ibunya yang musyrik dan sang anak
adalah pengikut rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Antara muslim dan kafir
Mekah terjadi permusuhan yang hebat yang membuat kaum muslimin harus berhijrah
ke Madinah dan selanjutnya timbul peperangan beberapa kali
2. Al
ilmu qoblal qoul wal amal
Ilmu sebelum berucap dan beramal. Itulah yang dilakukan oleh
Asma. Ia tidak berani menemui ibunya sebelum mendapat kepastian jawaban dari
nabi shollallohu alaihi wasallam
3. Diperbolehkan
bermuamalah secara keduniaan dengan orang kafir
Hal itu selaras dengan firman Alloh :
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ
بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا
مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ
فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan
orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka
Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan [luqman : 15]
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ
الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ
دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ
الْمُقْسِطِينَ
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil
terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula)
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
Berlaku adil [almumtahanah : 3]
Secara singkat Imam Nawawi menyimpulkan hadits di atas dengan
mengatakan :
جَوَازُ صِلَةِ الْقَرِيْبِ
الْمُشْرِكِ
Diperbolehkan bersilaturrohim dengan
kerabat dari kalangan musyrik
Maroji’ :
Syarh Shohih Muslim, Imam Nawawi 7/93