Birrul Walidain (21)
Abdulloh Bin Ubay adalah tokoh munafiq nomer satu di kota
Madinah. Tidak ada hari terlewatkan kecuali ia guncang barisan kaum muslimin
dengan isu dan fitnah yang dihembuskannya.
Dengan kepiawaiannya, ia kemas berita sedemikian rupa seolah
telah terjadi hubungan khusus antara Aisyah dan Sufyan Bin Muathol. Selain itu,
pernikahan nabi shollallohu alaihi wasallam dengan Zainab Binti Jahsyi
disebutnya sebagai pernikahan antara mantan mertua dengan mantan menantu.
Pada perang Bani Mushtholiq, ia provokasi kaum anshor agar
tidak memberi bantuan bagi kaum muhajirin dan ditanamkan sentimen pribumi bahwa
kaum pendatang telah mengambil alih kekuasaan bagi penduduk asli Madinah. Kelakuan
itu membuat Alloh menurunkan firmanNya :
هُمُ الَّذِينَ يَقُولُونَ لَا تُنْفِقُوا عَلَى
مَنْ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ حَتَّى يَنْفَضُّوا وَلِلَّهِ خَزَائِنُ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَفْقَهُونَ (7)
يَقُولُونَ لَئِنْ رَجَعْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْأَعَزُّ مِنْهَا
الْأَذَلَّ وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ
الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ
7. Mereka orang-orang
yang mengatakan (kepada orang-orang Anshar) : Janganlah kamu memberikan
perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada disisi Rasulullah supaya
mereka bubar (meninggalkan Rasulullah). padahal kepunyaan Allah-lah
perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami.
8. Mereka berkata :
Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang Kuat
akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya. padahal kekuatan itu
hanyalah bagi Allah, bagi rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi
orang-orang munafik itu tiada Mengetahui
[almunafiqun : 7-8]
Berbeda dengan sang ayah, anaknya yang bernama Abdulloh Bin
Abdulloh Bin Ubay (nama aslinya adalah Alhabbab, kemudian diganti oleh nabi
shollallohu alaihi wasallam dengan Abdulloh karena Alhabbab adalah nama setan)
adalah seorang sahabat yang mulia.
Ketika bapaknya hendak masuk kota Madinah, sang anak
menghadangnya di depan gerbang sambil menghunus pedang seraya berkata :
وَ اللّهِ لا تجوز مِنْ هُنَا حَتَّى يَأْذَنَ لَكَ
رسول الله صلى الله عليه وسلّم فَإنّه العزيز وَأنت الذَّلِيْلُ
Demi Alloh ! Engkau tidak boleh masuk sebelum rosululloh
shollallohu alaihi wasallam mengizinkanmu, karena beliau adalah mulia sementara
engkau adalah manusia hina !
Ketika nabi shollallohu alaihi wasallam tiba, beliau
mengizinkannya masuk, akan tetapi Abdulloh bin Abdulloh Bin Ubay berkata :
يَا رسول الله إنْ أرَدْتَ قَتْلَهُ فَمُرْنِي
بِذَالِكَ فَأَنَا وَاللّهِ أحْمِلُ إلَيْكَ رَأسَهُ
Ya rosuluuloh, bila engkau berkehendak untuk membunuhnya,
perintahkanlah aku untuk melakukannya karena sesungguhnya demi Alloh aku ingin
membawa kepalanya di hadapanmu !
Itulah sikap tegas anak kepada bapaknya. Ini berbeda saat
sang ayah, Abdulloh Bin Ubay mati. Imam Bukhori meriwayatkan :
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رضى الله عنهما قَالَ لَمَّا
تُوُفِّىَ عَبْدُ اللَّهِ جَاءَ ابْنُهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ إِلَى
رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَسَأَلَهُ أَنْ يُعْطِيَهُ قَمِيصَهُ
يُكَفِّنُ فِيهِ أَبَاهُ فَأَعْطَاهُ ، ثُمَّ سَأَلَهُ أَنْ يُصَلِّىَ عَلَيْهِ
Dari Ibnu Umar rodliyallohu anhuma, berkata : Ketika Abdulloh
Bin Ubay meninggal dunia, datanglah anaknya (Abdulloh Bin Abdulloh Bin Ubay)
menghadap kepada rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Ia meminta beliau agar
memberikan baju gamisnya untuk kafan bapaknya. Beliaupun memberikannya. Lalu
meminta beliau untuk menyolatkannya ....... [HR Bukhori]
Demikianlah Abdulloh Bin Abdulloh Bin Ubay. Sebagai mukmin
terdapat pada dirinya sikap tegas kepada kekufuran. Sedangkan sebagai anak, ia
tetap memperlihatkan sikap hormat kepada bapak yang membuatnya terlahir di
dunia.
Maroji’ :
Arrohiq Almakhtum, Syaikh Shofiyyur Rohman Almubarokfuri hal
388