Istighfar (37)
Penaklukan kota Mekah adalah langkah strategis bagi kedudukan
islam di jazirah Arab. Di dalamnya ada ka’bah yang merupakan kiblat umat islam.
Agar rencana ini berhasil, maka rosululloh shollallohu alaihi wasallam merahasiakan
rencana ini.
Tanpa disangka, seorang sahabat (Hathib Bin Abi Balta’ah)
mengirim surat kepada kerabatnya yang ada di kota Mekah tentang apa yang akan
dilakukan oleh umat islam. Ia berikan surat itu kepada seorang wanita dengan
disembunyikan di gelungan rambutnya.
Alloh Maha Tahu, tidak tinggal diam sehingga mewahyukannya
kepada rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Beliau segera memerintahkan Ali
dan Almiqdad untuk menyusul wanita ini. Sambil memacu kuda begitu kencang,
akhirnya si kurir berhasil disusul.
Ali bertanya “ Apa yang engkau bawa ? “. Ia berkata “ Aku
tidak membawa apa-apa “. Ali memeriksa kudanya, akan tetapi tidak mendapati
sesuatu. Selanjutnya Ali berkata “ Demi Alloh, rosululloh shollallohu alaihi
wasallam tidak mungkin berdusta. Demi Alloh, keluarkan surat itu, atau aku
benar-benar akan menelanjangimu ! “
Demi mendengar ancaman, wanitu inipun segera mengeluarkan
surat rahasia dari sanggulnya. Tanpa menunggu lama, Ali segera menyampaikannya
di hadapan nabi shollallohu alaihi wasallam. Setelah dibuka, ternyata surat
berisi rencana beliau yang akan menaklukkan kota Mekah.
Beliau memanggil Hathib dan bertanya “ Apa ini wahai Hathib ?
“ Hathib berkata “ Jangan terburu-buru menuduhku, wahai rosululloh. Demi Alloh,
aku beriman kepada Alloh dan rosulNya “ Setelah itu Hathib menuturkan bahwa apa
yang ia lakukan bukan sebagai pengkhianatan bagi rosululloh shollallohu alaihi
wasallam selain ingin agar sebagian kerabatnya selamat dari akibat yang akan
terjadi dari rencana penaklukkan kota Mekah.
Pada saat itu, Umar ada di sampingnya dan berkata “ Wahai
rosululloh, biarkan aku memenggal lehernya, karena ia telah mengkhianati Alloh
dan rosulNya ! Ia telah berbuat kemunafikan “
Keinginan Umar ditanggapi oleh beliau dengan bersabda : Dia
pernah ikut perang badar. Tahukan engkau wahai Umar, barangkali Alloh telah
membebaskan orang-orang yang ikut perang badar, lalu Alloh berfirman :
اعْمَلُوا
مَا شِئْتُمْ ، فَقَدْ غَفَرْتُ لَكُمْ
Berbuatlah sesuka kalian, karena aku
telah mengampuni kesalahan kalian
Demikianlah, akhirnya Hathib mendapat pengampunan dari nabi
shollallohu alaihi wasallam.
Dari kaca ilmu militer, apa yang dilakukan oleh Hathib adalah
satu pengkhianatan dan ia berhak mendapat hukuman mati. Akan tetapi ketika
diketahui peran, andil dan jasanya begitu besar bagi islam (dengan keikut
sertaannya dalam perang badar), maka itu hujjah dari Alloh untuk mengampuninya.
Lalu apa arti dari kalimat “
Berbuatlah sesuka kalian, karena aku telah mengampuni kesalahan kalian “
Sebagian ulama berkata :
أَيْ كُلّ مَا عَمِلْتُمُوهُ بَعْد هَذِهِ
الْوَاقِعَة مِنْ أَيّ عَمَل كَانَ فَهُوَ مَغْفُور
Setiap apa yang kalian lakukan setelah peristiwa ini (perang
badar) maka akan diampuni
Ada juga yang menafsirkannya dengan :
إِنَّ الْمُرَاد ذُنُوبهمْ تَقَع إِذَا وَقَعَتْ
مَغْفُورَة
Maksudnya adalah, perbuatan dosa bila terjadi maka segera
datang ampunan
Inilah keagungan ahlu badar. Maka wajar bila di kemudian
hari, setelah Umar memegang jabatan kholifah, tidak pernah memutuskan satu
perkara baru, kecuali meminta persetujuan dari mereka.
Maroji’ :
Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 11/316