Tangan kanan Dan kiri Alloh


 
Kanan Dan Kiri Dalam Timbangan Aqidah (1)


Ahlus sunnah menetapkan bahwa Alloh memiliki tangan secara hakiki. Tidak boleh dita’wil dan diingkari. Ayat dan hadits menunjukkan bahwa pada Alloh ada dua tangan, kanan dan kiri :


بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ

Bahkan kedua tangan Alloh terbentang, Alloh memberi nafkah kepada siapa yang dikehendaki [almaidah : 64]


عن أَبي هريرة رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم مَنْ تَصَدَّقَ بعَدلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ ، وَلاَ يَقْبَلُ اللهُ إِلاَّ الطَّيبَ ، فَإنَّ اللهَ يَقْبَلُهَا بِيَمِينِهِ ، ثُمَّ يُرَبِّيهَا لِصَاحِبِهَا كَمَا يُرَبِّي أحَدُكُمْ فَلُوَّهُ حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الجَبَلِ متفقٌ عَلَيْهِ .

Dari Abu Huroiroh rodliyllohu anhu berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa bershodaqoh sebutir kurma dari hasil yang thoyyib (halal) dan Alloh tidak akan menerima selain yang halal, maka sesungguhnya Alloh menerima dengan tangan kananNya lalu mengembangkannya untuk pelakunya sebagaimana seorang diantara kalian memelihara kuda kecilnya hingga besarnya seperti gunung [muttafaq alaih]


عَنْ أَبي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِنَّ يَمِينَ اللَّهِ مَلأَى لاَ يَغِيضُهَا نَفَقَةٌ سَحَّاءُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ ، أَرَأَيْتُمْ مَا أَنْفَقَ مُنْذُ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ فَإِنَّهُ لَمْ يَنْقُصْ مَا فِى يَمِينِهِ ، وَعَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ وَبِيَدِهِ الأُخْرَى الْفَيْضُ أَوِ الْقَبْضُ يَرْفَعُ وَيَخْفِضُ  

Dari Abu Huroiroh dari nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya tangan kanan Alloh penuh.  Tidak akan berkurang curahan nafkah sepanjang malam dan siang. Tidakkah kalian lihat apa yang Alloh berikan semenjak Alloh ciptakan langit dan dunia. Sesungguhnya tidak berkurang apa yang ada pada tangan kananNya. ArsyNya ada di atas air dan di tanganNya yang lain adalah genggaman yang Alloh angkat dan rendahkan  [HR Bukhori]


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ جَاءَ حَبْرٌ إِلَى النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَوْ يَا أَبَا الْقَاسِمِ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُمْسِكُ السَّمَوَاتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى إِصْبَعٍ وَالأَرَضِينَ عَلَى إِصْبَعٍ وَالْجِبَالَ وَالشَّجَرَ عَلَى إِصْبَعٍ وَالْمَاءَ وَالثَّرَى عَلَى إِصْبَعٍ وَسَائِرَ الْخَلْقِ عَلَى إِصْبَعٍ ثُمَّ يَهُزُّهُنَّ فَيَقُولُ أَنَا الْمَلِكُ أَنَا الْمَلِكُ. فَضَحِكَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم تَعَجُّبًا مِمَّا قَالَ الْحَبْرُ تَصْدِيقًا لَهُ ثُمَّ قَرَأَ وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ

Dari Abdulloh Bin Mas’ud berkata : Datang seorang pendeta kepada nabi shollallohualaihi wasallam seraya berkata : Wahai Muhammad atau Wahai Abu Qosim, sesungguhnya Alloh Ta’ala memegang langit pada hari kiamat di atas satu jari, bumi atas satu jari, gunung dan pohon atas satu jari, tanah atas satu jari dan seluruh makhluq atas satu jari lalu menggoncangkannya seraya berfirman : Akulah Raja ! Akulah Raja ! (mendengar itu) maka rosululloh shollallohu alaihi wasallam tertawa karena heran dengan apa yang dikatakan oleh pendeta sebagai pembenaran padanya. Selanjutnya beliau membaca : Dan mereka (orang-orang musyrik) tidak mengagung-agungkan Allah dengan pengagungan yang sebenar-benarnya, padahal bumi seluruhnya dalam genggamanNya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kananNya. Maha Suci Dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan  [azzumar : 67]


عَنْ عَبْد اللَّهِ بْنُ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَطْوِى اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ السَّمَوَاتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ يَأْخُذُهُنَّ بِيَدِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ يَقُولُ أَنَا الْمَلِكُ أَيْنَ الْجَبَّارُونَ أَيْنَ الْمُتَكَبِّرُونَ ثُمَّ يَطْوِى الأَرَضِينَ بِشِمَالِهِ ثُمَّ يَقُولُ أَنَا الْمَلِكُ أَيْنَ الْجَبَّارُونَ أَيْنَ الْمُتَكَبِّرُونَ  

Dari Abdulloh Bin Umar berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : Allah akan menggulung seluruh lapisan langit pada hari kiamat, lalu diambil dengan tangan kananNya, dan berfirman : Akulah penguasa, mana orang-orang yang berlaku lalim ? mana orang-orang yang sombong ?, kemudian Allah menggulung ketujuh lapis bumi, lalu diambil dengan tangan kiriNya dan berfirman : Akulah Penguasa, mana orang-orang yang berlaku lalim ?, mana orang-orang yang sombong ? [HR Muslim]


Berkenaan dengan sifat tangan Alloh, maka secara umum ahlus sunnah menetapkan satu kaedah :


الأَصْلُ فِى أسْمَاءِ الله وَصِفَاتِهِ إِثْبَاتُ مَا أثْبَتَهُ تعالى لِنَفْسِهِ أَوْ أَثْبَتَهُ لهُ رَسُوْلُهُ صلى الله عليه وسلم مِنْ غَيْرِ تَكْيِيْفٍ وَلاَ تَمْثِيْلٍ وَنَفْىُ مَا نَفَاهُ الله تعالى عَنْ نَفْسِهِ أوْ نَفَاهُ عَنْه ُرسوله صلى الله عليه وسلم مِنْ غَيْرِ تَحْرِيْفٍ وَلا تَعْطِيْلٍ بَلْ نُؤْمِنُ بِأَنَّهُ سُبْحَانه لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السّمِيْعُ البَصِيْر مَعَ الإيْمَانِ بِمَعَانى أَلْفَاظِ النُّصُوْصِ وَمَا دَلَّتْ عَليْهِ وَعَدَمُ تَكْيِيْفِهَا أوْتَعْطِيْلِهَا عَنْ مَعْناهَا

Dasar dalam memahami asma’ Alloh dan shifatNya adalah  hanya menetapkan apa yang telah Alloh tetapkan untuk diriNya atau menetapkan apa yang telah ditetapkan oleh rosulNya shollallohu alaihi wasallam tanpa tahrif (merubah ma’na) tanpa ta’thil (peniadaan) dan menafikan apa yang Alloh nafikan untuk diriNya serta menafikan apa yang telah dinafikan rosulNya shollallohu alaihi wasallam tanpa tahrif, tanpa ta’thil akan tetapi kita mengimani bahwa Alloh Yang Maha Suci tidak ada yang menyamaiNya sedikitpun Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha melihat disertai mengimani ma’na lafadz yang terdapat dalam nash-nash tanpa takyif (menanyakan bagaimana) dari ma’nanya.