Batu (35)
Disebut perang khondaq karena rosululloh shollallohualaihi
wasallam dan kaum muslimin menggali parit sebagai cara untuk menangkal
serangkan kafir quraisy yang berjumlah sangat besar. Dalam riwayat disebutkan
bahwa jumlah pasukan musuh setara dengan jumlah seluruh penduduk Madinah baik
dari kalangan wanita dan pria, anak-anak dan dewasa.
Ketika menggali parit, para sahabat mengalami kendala. Mereka
dapati batu besar yang sulit untuk dipecahkan dengan cangkul atau kampak.
Barro’ Bin Azib menceritakan akhirnya rosululloh shollallohualaihi wasallam
turun dengan membawa alat pemecah batu. Dengan membaca bismillah beliau ayunkan
alat itu sekali pukulan. Tiba-tiba beliau bersabda :
الله
أكبر، أعطيت مفاتيح الشام، والله إني لأنظر قصورها الحمر الساعة
Allohu akbar ! Aku diberi kunci-kunci negeri Syam (kerajaan
Romawi yang kristen). Demi Alloh aku benar-benar melihat istananya yang
berwarna merah sekarang !
Lalu beliau kembali memukulkan alat untuk kedua kalinya
seraya bersabda :
الله أكبر، أعطيت فارس، والله إني لأبصر قصر
المدائن الأبيض الآن
Allohu akbar ! Aku diberi kunci negeri Persia. Demi Alloh aku
benar-benar melihat istana putih Madain sekarang !
Untuk ketiga kalinya beliau mengayunkan alat itu ke batu yang
membuat batu itu benar-benar pecah sambil bersabda :
الله أكبر، أعطيت مفاتيح اليمن، والله إني لأبصر
أبواب صنعاء من مكاني
Allohu akbar, aku diberi kunci-kunci Yaman. Demi Alloh aku
benar-benar melihat pintu-pintu Shon’a dari tempatku ini !
Setelah itu penggalian parit dilanjutkan hingga selesai.
Peristiwa ini memberi kita pelajaran bahwa kondisi sulit dan terdesak harus
segera dipulihkan sikap optimisme. Pasukan musuh yang berjumlah lebih banyak
sementara seluruh mujahid dalam keadaan lapar karena keterbatasan persediaan
makanan yang membuat perut-perut mereka diganjal oleh batu, tentu ini sebuah
problem besar. Akan tetapi Alloh memberi kabar gembira dimana tiga kerajaan besar akan segera ditaklukkan
oleh umat islam. Demikianlah, setiap kesulitan ada kemudahan.