Batu (19)
Di negeri Yaman, ada raja yang mengklaim bahwa dirinya adalah
tuhan. Sebagaimana raja-raja terdahulu yang selalu dikawal oleh tukang sihir,
ia juga memiliki tukang sihir. Suatu hari tukang sihir berkata kepada raja :
إنِّي
قَدْ كَبِرْتُ فَابْعَثْ إلَيَّ غُلاماً أُعَلِّمْهُ السِّحْرَ
Sesungguhnya aku telah tua, maka kirimkan kepadaku seorang
anak muda yang akan aku ajari sihir
Keinginannya dikabulkan oleh sang raja. Anak yang masih belia
dipilih oleh sang raja untuk dididik ilmu sihir. Yang menarik dari kisah ini
adalah setiap si anak pergi ke padepokan sihir, selalu singgah terlebih dahulu
kepada rahib (ahli ibadah dari kalangan nasrani) untuk belajar tauhid.
Pada suatu hari, ketika si anak pergi, mendapati binatang
besar yang membuat penduduk tidak bisa keluar rumah. Anak itupun berkata :
اليَوْمَ
أعْلَمُ السَّاحرُ أفْضَلُ أم الرَّاهبُ أفْضَلُ
Hari ini akan aku ketahui, mana yang lebih mulia, ilmu yang
diberikan tukang sihir atau rahib
Ia segera mengambil batu lalu berkata :
اللَّهُمَّ
إنْ كَانَ أمْرُ الرَّاهِبِ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ أمْرِ السَّاحِرِ فَاقْتُلْ
هذِهِ الدّابَّةَ حَتَّى يَمضِي النَّاسُ
Ya Alloh, bila ilmu dari rahib lebih engkau sukai dari ilmu
sihir maka matikanlah binatang itu sehingga manusia bisa keluar dari rumahnya
Dengan sekali lemparan, binatang itupun mati. Kisah selanjutnya
sangat panjang yang termaktub dalam kitab shohih Muslim. Para ahli tafsir
mencantumkannya ke dalam pembahasan surat alburuj