Batu (33)
Ini adalah kisah masyhur yang tercantum di kitab
shohih Bukhori dan Muslim. Ketika tiga orang singgah di dalam gua. Tiba-tiba
jatuhlah batu besar yang menutupi pintunya. Tentu membuat ketiganya tidak bisa
keluar. Besarnya batu membuat mereka tidak mampu mendorongnya, maka
satu-satunya cara untuk keluar adalah bermunajat kepada Alloh. Orang pertama
berdoa kepada Alloh dengan bertawassul lewat birrul walidain. Ia berkata :
اللَّهُمَّ
إِنَّهُ كَانَ لِي وَالِدَانِ شَيْخَانِ كَبِيرَانِ وَامْرَأَتِي وَلِي صِبْيَةٌ
صِغَارٌ أَرْعَى عَلَيْهِمْ فَإِذَا أَرَحْتُ عَلَيْهِمْ حَلَبْتُ فَبَدَأْتُ
بِوَالِدَيَّ فَسَقَيْتُهُمَا قَبْلَ بَنِيَّ، وَأَنَّهُ نَأَى بِي ذَاتَ يَوْمٍ
الشَّجَرُ فَلَمْ آتِ حَتَّى أَمْسَيْتُ فَوَجَدْتُهُمَا قَدْ نَامَا فَحَلَبْتُ
كَمَا كُنْتُ أَحْلُبُ فَجِئْتُ بِالْحِلاَبِ فَقُمْتُ عِنْدَ رُءُوسِهِمَا
أَكْرَهُ أَنْ أُوقِظَهُمَا مِنْ نَوْمِهِمَا وَأَكْرَهُ أَنْ أَسْقِيَ
الصِّبْيَةَ قَبْلَهُمَا، وَالصِّبْيَةُ يَتَضَاغَوْنَ عِنْدَ قَدَمَيَّ، فَلَمْ
يَزَلْ ذَلِكَ دَأْبِي وَدَأْبَهُمْ حَتَّى طَلَعَ الْفَجْرُ، فَإِنْ كُنْتَ
تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ لَنَا مِنْهَا
فُرْجَةً نَرَى مِنْهَا السَّمَاءَ.
Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai dua ibu bapak yang
sudah tua renta, seorang istri, dan anak-anak yang masih kecil, di mana aku
menggembalakan ternak untuk mereka. Kalau aku membawa ternak itu pulang ke
kandangnya, aku perahkan susu dan aku mulai dengan kedua ibu bapakku, lantas
aku beri minum mereka sebelum anak-anakku. Suatu hari, ternak itu membawaku
jauh mencari tempat gembalaan. Akhirnya aku tidak pulang kecuali setelah sore,
dan aku dapati ibu bapakku telah tertidur. Aku pun memerah susu sebagaimana
biasa, lalu aku datang membawa susu tersebut dan berdiri di dekat kepala
mereka, dalam keadaan tidak suka membangunkan mereka dari tidur. Aku pun tidak
suka memberi minum anak-anakku sebelum mereka (kedua orangtua) meminumnya.
Anak-anakku sendiri menangis di bawah kakiku meminta minum karena lapar.
Seperti itulah keadaanku dan mereka, hingga terbit fajar. Maka kalau Engkau
tahu, aku melakukan hal itu karena mengharapkan wajah-Mu, bukakanlah satu celah
untuk kami dari batu ini sehingga kami
bisa melihat langit
Doa ini mendatangkan hasil. Batu mulai bergeser meski
belum membuat ketiganya bisa keluar dari goa. Hal ini membuat orang kedua
bermunajat sambil bertawassul lewat sikap iffah yang pernah ia lakukan dimana
dia berkata :
اللَّهُمَّ
إِنَّهُ كَانَتْ لِيَ ابْنَةُ عَمٍّ أَحْبَبْتُهَا كَأَشَدِّ مَا يُحِبُّ
الرِّجَالُ النِّسَاءَ وَطَلَبْتُ إِلَيْهَا نَفْسَهَا فَأَبَتْ حَتَّى آتِيَهَا
بِمِائَةِ دِينَارٍ فَتَعِبْتُ حَتَّى جَمَعْتُ مِائَةَ دِينَارٍ فَجِئْتُهَا
بِهَا فَلَمَّا وَقَعْتُ بَيْنَ رِجْلَيْهَا قَالَتْ: يَا عَبْدَ اللهِ، اتَّقِ
اللهَ وَلاَ تَفْتَحِ الْخَاتَمَ إِلاَ بِحَقِّهِ. فَقُمْتُ عَنْهَا، فَإِنْ
كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ لَنَا
مِنْهَا فُرْجَةً
Sesungguhnya aku punya sepupu wanita yang aku cintai,
sebagaimana layaknya cinta seorang laki-laki kepada seorang wanita. Aku minta
dirinya (melayaniku), tapi dia menolak sampai aku datang kepadanya (menawarkan)
seratus dinar. Aku pun semakin payah, akhirnya aku kumpulkan seratus dinar,
lalu menyerahkannya kepada gadis itu. Setelah aku berada di antara kedua
kakinya, dia berkata: ‘Wahai hamba Allah. Bertakwalah kepada Allah. Jangan
engkau buka tutup (kiasan untuk keperawanannya) kecuali dengan haknya.’ Maka
aku pun berdiri meninggalkannya. Kalau Engkau tahu, aku melakukannya adalah
karena mengharap wajah-Mu, maka bukakanlah untuk kami satu celah dari batu
ini.”
Doa ini juga membawa hasil ketika batu bergeser
sedikit namun belum mampu membuat ketiganya keluar. Selanjutnya orang ketiga
berdoa dengan menyebutkan sikap waro’nya terhadap harta dimana ia berkata
:
اللَّهُمَّ
إِنِّي كُنْتُ اسْتَأْجَرْتُ أَجِيرًا بِفَرَقِ أَرُزٍّ فَلَمَّا قَضَى عَمَلَهُ
قَالَ: أَعْطِنِي حَقِّي فَعَرَضْتُ عَلَيْهِ فَرَقَهُ فَرَغِبَ عَنْهُ، فَلَمْ
أَزَلْ أَزْرَعُهُ حَتَّى جَمَعْتُ مِنْهُ بَقَرًا وَرِعَاءَهَا، فَجَاءَنِي
فَقَالَ: اتَّقِ اللهَ وَلاَ تَظْلِمْنِي حَقِّي. قُلْتُ: اذْهَبْ إِلَى تِلْكَ
الْبَقَرِ وَرِعَائِهَا فَخُذْهَا. فَقَالَ: اتَّقِ اللهَ وَلاَ تَسْتَهْزِئْ بِي.
فَقُلْتُ:
إِنِّي لاَ أَسْتَهْزِئُ بِكَ، خُذْ ذَلِكَ الْبَقَرَ وَرِعَاءَهَا. فَأَخَذَهُ
فَذَهَبَ بِهِ، فَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ
وَجْهِكَ فَافْرُجْ لَنَا مَا بَقِيَ
Ya Allah, sungguh, aku pernah mengambil sewa seorang buruh,
dengan upah satu faraq1 beras. Setelah dia menyelesaikan pekerjaannya, dia
berkata: ‘Berikan hakku.’ Lalu aku serahkan kepadanya beras tersebut, tapi dia
tidak menyukainya. Akhirnya aku pun tetap menanamnya hingga aku kumpulkan dari
hasil beras itu seekor sapi dan penggembalanya. Kemudian dia datang kepadaku
dan berkata: ‘Bertakwalah kepada Allah, dan jangan zalimi aku dalam urusan
hakku.’ Aku pun berkata: ‘Pergilah, ambil sapi dan penggembalanya.’ Dia
berkata: ‘Bertakwalah kepada Allah dan jangan mempermainkan saya.’ Aku pun
berkata: ‘Ambillah sapi dan penggembalanya itu.’ Akhirnya dia pun membawa sapi
dan penggembalanya lalu pergi. Kalau Engkau tahu bahwa aku melakukannya karena
mengharap wajah-Mu, maka bukakanlah untuk kami apa yang tersisa.”
Kisah di atas memberi kita pelajaran :
1. Solusi bagi
setiap kesulitan adalah Alloh. Oleh karena jadikan doa sebagai sarana utama
sebelum mencaro solusi dunia
2. Anjuran
bertawassul melalui amal sholih sebelum berdoa
3. Doa terkabul
sangat dipengaruhi oleh kwalitas amal yang sudah kita kerjakan