Akan menyenangkan ketika makan, lauk yang tersedia di meja
berfariasi. Sayur, tahu, tempe, ikan dan lainnya. Orang tua yang memiliki
beberapa anak, akan baik bila keturunannya memiliki profesi berbeda. Ada yang
menjadi ustadz, pengusaha, dokter dan juragan sembako. Kalau kita lihat
kendaraan yang lalu lalang di jalan ternyata bermacam-macam merek. Ada suzuki,
honda, yamaha dan lainnya. Itulah tanawwu (fariasi). Ini bagian dari keindahan
dunia.
Islam adalah agama yang mengajarkan tanawwu dalam ibadah.
Bagi yang akan melaksanakan ibadah haji, ada tiga alternatif manasik :
Tamattu’, qiron dan ifrod. Oleh karena itu rosululloh shollallohu alaihi
wasallam bersabda :
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ خَرَجْنَا
مَعَ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم عَامَ حَجَّةِ اَلْوَدَاعِ, فَمِنَّا مَنْ
أَهَلَّ بِعُمْرَةٍ, وَمِنَّا مَنْ أَهَلَّ بِحَجٍّ وَعُمْرَةٍ, وَمِنَّا مَنْ
أَهَلَّ بِحَجٍّ, وَأَهَلَّ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم بِالْحَجِّ,
فَأَمَّا مَنْ أَهَلَّ بِعُمْرَةٍ فَحَلَّ, وَأَمَّا مَنْ أَهَلَّ بِحَجٍّ, أَوْ
جَمَعَ اَلْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ فَلَمْ يَحِلُّوا حَتَّى كَانَ يَوْمَ اَلنَّحْرِ
Aisyah
Radliyallaahu 'anhu berkata: Kami keluar bersama Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam pada tahun haji wada'. Di antara kami ada yang berihram untuk
umrah, ada yang berihram untuk haji dan umrah, dan ada yang berihram untuk
haji. Sedang Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berihram untuk haji.
Bagi yang berihram untuk umrah, ia boleh menanggalkan ihramnya (tahallul)
sewaktu datang (ke kota Mekkah). Adapun bagi yang berihram untuk haji atau
menggabungkan antara haji dan umrah, ia tidak boleh menanggalkan ihramnya
sampai pada hari raya Kurban [Muttafaq Alaihi]
Ketika kita mengangkat kedua tangan saat takbir saat sholat,
islam memberi dua cara yaitu mengangkatnya sejajar pundak atau daun telinga :
يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا
مَنْكِبَيْهِ ثُمَّ يُكَبِّرَ
Beliau
mengangkat kedua tangannya sampai sejajar dengan kedua bahunya kemudian beliau
bertakbir [HR Abu Daud]
حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا فُرُوعَ أُذُنَيْهِ
Sampai
lurus dengan ujung-ujung kedua telinganya [HR Muslim]
Termasuk dalam urusan mandi janabat. Kita bisa melakukannya
baik sebelum tidur atau sesudahnya :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِى قَيْسٍ
قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ عَنْ وِتْرِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم
فَذَكَرَ الْحَدِيثَ قُلْتُ كَيْفَ كَانَ يَصْنَعُ فِى الْجَنَابَةِ أَكَانَ
يَغْتَسِلُ قَبْلَ أَنْ يَنَامَ أَمْ يَنَامُ قَبْلَ أَنْ يَغْتَسِلَ قَالَتْ
كُلُّ ذَلِكَ قَدْ كَانَ يَفْعَلُ رُبَّمَا اغْتَسَلَ فَنَامَ وَرُبَّمَا
تَوَضَّأَ فَنَامَ. قُلْتُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى جَعَلَ فِى الأَمْرِ سَعَةً.
Dari Abdulloh Bin Qois, dari Aisyah tentang witir rosululloh
shollallohu alaihi wasallam lalu hadits itu disebutkan. Aku berkata : Apa yang
diperbuat beliau saat junub, apakah beliau mandi sebelum tidur ataukah tidur
sebelum mandi ? Aisyah berkata : Dua-duanya pernah beliau lakukan. Terkadang
beliau mandi lalu tidur, terkadang di lain waktu beliau berwudlu lalu tidur.
Aku berkata : Alhamdulillah yang telah menjadikan urusan ini menjadi luas
(mudah) [HR Muslim, Abu Daud, Tirmidzi dan Nasa’i]