Api Menjadi Petunjuk Kondisi Keluarga Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam


Api Dalam Timbangan Aqidah (5)

Urusan makan, rasanya kita sudah terjamin. Acara masak-memasak di dapur dengan ragam masakan adalah kegiatan harian kaum ibu. Tetapi itu tidak selalu terjadi di rumah tangga nabi shollallohu alaihi wasallam. Kepada kemenakannya, Aisyah bercerita :

عن عروة عن عائشة رضي الله عنها أنّها كَانَتْ تقول وَاللهِ يَا ابْنَ أُخْتِي إنْ كُنَّا نَنْظُرُ إِلَى الهِلاَلِ، ثُمَّ الهِلالِ : ثَلاَثَةُ أهلَّةٍ في شَهْرَيْنِ ، وَمَا أُوقِدَ في أبْيَاتِ رسول الله صلى الله عليه وسلم نَارٌ . قُلْتُ : يَا خَالَةُ ، فَمَا كَانَ يُعِيشُكُمْ ؟ قالت : الأَسْوَدَانِ التَّمْرُ وَالمَاءُ  

Dari Urwah, dari Aisyah rodliyallohu anha, bahwa ia berkata : Demi Alloh wahai anak saudariku, kami dulu biasa melihat hilal lalu melihat hilal. Tiga hilal dalam dua bulan sementara tidak dinyalakan api (tidak masak) di rumah-rumah rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Aku berkata : Wahai bibi, lalu apa yang kalian makan ? Aisyah menjawab : Dua benda hitam, yaitu kurma dan air [muttafaq alaih]

Demikianlah api tidak selalu menyala dan asap jarang terlihat di rumah rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Apakah kita masih banyak mengeluh dengan urusan perut ?