Api Dalam Timbagan Aqidah (18)
Salah satu prinsip perang dalam islam adalah tidak merusak
lingkungan. Abu Bakar Ash Shiddiq berpesan kepada Yazid Bin Muawiyyah ketika
mengutusnya untuk berperang ke negeri Syam :
وَلاَ تَقْتُلُوا كَبِيرًا هَرِمًا
وَلاَ امْرَأَةً وَلاَ وَلِيدًا وَلاَ تُخَرِّبُوا عُمْرَانًا وَلاَ تَقَطَّعُوا
شَجَرَةً إِلاَّ لِنَفْعٍ وَلاَ تَعْقِرَنَّ بَهِيمَةً إِلاَّ لِنَفْعٍ وَلاَ
تُحْرِقَنَّ نَحْلاً وَلاَ تُغْرِقَنَّهَ وَلاَ تَغْدِرْ وَلاَ تُمَثِّلْ وَلاَ
تَجْبُنْ وَلاَ تْغَّلُلُ وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ
بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِىٌّ عَزِيزٌ أَسْتَوْدِعُكَ اللَّهَ وَأُقْرِئُكَ
السَّلاَمَ ثُمَّ انْصَرَفَ.
Jangan membunuh orang yang suda tua renta, wanita dan
anak-anak. Jangan menghancurkan perkampungan, jangan memotong pepohonan kecuali
satu tujuan yang bermanfaat, jangan membunuh binatang kecuali untuk satu tujuan
yang bermanfaat, jangan sekali-kali membakar pohon kurma, jangan
menenggelamkannya, jangan berkhianat, jangan memutilasi, jangan bersikap
pengecut, jangan melakukan ghulul (mengambil rampasan perang sebelum dibagi),
..... [HR Baihaqi]
Pada petikan nasehat di atas, kita mendapatkan kalimat “
jangan sekali-kali membakar pohon kurma “. Kalau membakar pohon tidak
diperbolehkan, lalu kenapa rosululloh shollallohu alaihi wasallam pada perang
Banu Nadzir membakar perkebunan kurma ? Jawabannya adalah untuk memancing kaum
yahudi untuk keluar dari bentengnya.
Pada perang itu, mereka tidak berani keluar menyambut pasukan
kaum muslimin kecuali bersembunyi di balik benteng sambil melempar panah. Sikap
pengecut mereka difirmankan Alloh :
لَا يُقَاتِلُونَكُمْ جَمِيعًا إِلَّا فِي قُرًى
مُحَصَّنَةٍ أَوْ مِنْ وَرَاءِ جُدُرٍ
Mereka tiada akan memerangi kamu dalam keadaan bersatu padu,
kecuali dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok [alhasyr : 14]
Ketika rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengetahui
bahwa mereka sangat mencintai perkebunan yang mereka banggakan, maka beliau
memberi intruksi untuk membakar ladang kurma mereka. Cara ini sangat efektif.
Merekapun menyerah. Ternyata apa yang dilakukan kaum muslimin mendapat izin
dari Alloh hingga turunlah firmanNya :
مَا قَطَعْتُمْ مِنْ لِينَةٍ أَوْ تَرَكْتُمُوهَا
قَائِمَةً عَلَى أُصُولِهَا فَبِإِذْنِ اللَّهِ وَلِيُخْزِيَ الْفَاسِقِينَ
Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang
kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, maka (semua
itu) adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada
orang-orang fasik [alhasyr : 5]
Syaikh Alkhozin berkata :
احتج العلماء بهذه الآية على أن حصون
الكفار وديارهم لا بأس أن تهدم وتحرق وترمى بالمجانيق وكذلك قطع أشجارهم ونحوها .
Para ulama berhujjah dengan ayat ini bahwa benteng dan
perkampungan orang kafir diperbolehkan untuk dihancurkan, dibakar dan dilempar
dengan manjaniq (alat pelontar). Demikian juga memotong pohon-pohon mereka dan
selainnya
Maroji’ :
Lubabutta’wil Fi Ma’anittanzil, Alkhozin Abul Hasan Ali Bin
Muhammad Bin Ibrohim Bin Umar Asy Syaihi (maktabah syamilah) hal 546