Dzikrulloh (23)
Qorun adalah salah satunya. Di awal hidupnya, dia termasuk
orang yang taat kepada ajaran nabi Musa. Kekayaanlah menjadi awal petaka bagi
keimanannya. Lupa kepada Alloh yang telah memberikan karunia harta lalu
menyombongkan diri. Kekayaan yang dimiliki, oleh Alloh difirmankan :
إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَى فَبَغَى
عَلَيْهِمْ وَآَتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ
بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ
Sesungguhnya Qorun adalah termasuk kaum Musa, ia bertindak
melampaui batas terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya
perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah
orang banyak yang kuat-kuat [alqoshosh : 26]
Ketika diingatkan bahwa kemewahan yang ada pada dirinya
berasal dari Alloh yang harus disyukuri, dengan pongah dia berkata :
إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي
Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada
padaku [alqoshosh : 78]
Karena harta bisa membuka peluang seseorang lalai dari
mengingat Alloh, maka Alloh memberi taujih :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ
أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ
فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan
anak-anakmu melalaikan kamu dari dzikrulloh. Barang siapa yang membuat demikian
maka mereka itulah orang-orang yang rugi [almunafiqun : 9]
Beragam penafsiran para ulama tentang makna dzikrulloh pada
ayat ini. Dalam tafsir ruhul ma’ani disebutkan bahwa Alhasan Albasri berkata :
Dzikrulloh adalah semua perintah wajib. Adl Dlohak berkata : Sholat lima waktu.
Alkalbi berkata : Jihad bersama rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Ada
juga yang berpendapat dzikrulloh adalah membaca alquran.
Bila digabung, maka ayat di atas bermakna tidak boleh harta
dan anak membuat seorang muslim lalai dari perintah Alloh yang wajib, sholat
lima waktu, jihad dan tilawatul quran. Oleh karena itu, Alloh memberi kriteria
seorang berhak disebut sebagai rijal dengan terikatnya seseorang dengan
dzikrulloh meski dikelilingi oleh kesibukan dunia :
رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ
عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ
يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ
Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak
(pula) oleh jual beli dari dzikrulloh dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari)
membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan
penglihatan menjadi guncang [annur : 37]
Maroji’ :
Ruhul Ma’ani Fi Tafsir Alquran Al’adzim Wassab’il Matsani,
Syihabuddin Mahmud Bin Abdulloh Alhusaini Al Alusi (maktabah syamilah) hal 555