Adzan (2)
(a) Penghalang bagi penyerangan
Dalam sebuah penyerangan, rosululloh akan
mengurungkan niatnya manakala terdengar suara adzan di daerah yang dituju.
Inilah yang diceritakan oleh Anas Bin Malik :
عَنْ أَنَسِ بْنِ
مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا غَزَا
بِنَا قَوْمًا لَمْ يَكُنْ يَغْزُو بِنَا حَتَّى يُصْبِحَ وَيَنْظُرَ فَإِنْ
سَمِعَ أَذَانًا كَفَّ عَنْهُمْ وَإِنْ لَمْ يَسْمَعْ أَذَانًا أَغَارَ عَلَيْهِمْ
Dari Anas bin Malik, bahwa Nabi shallallahu
'alaihi wasallam jika memerangi suaku kaum bersama kami, maka beliau tidak
menyerang kaum tersebut hingga datangnya waktu shubuh (menunggu). Jika
mendengar suara adzan, beliau mengurungkannya. Namun bila tidak terdengar suara
adzan maka beliau menyerangnya [HR Bukhori Muslim]
Tentang status adzan yang bisa menjadi
penghalangan bagi penyerangan, para ulama memberi banyak komentar. Ibnu Rojab
berkata :
أنه صلى الله عليه
وسلم كان يجعل الأذانفرق ما بين دار الكفر ودار الإسلام، فإن سمع مؤذناً للدار
كحكم ديار الإسلام، فيكف عن دمائهم وأموالهم، وإن لم يسمع أذاناً أغار عليهم بعد
ما يصبح.
Rosululloh shollallohu alaiahi wasallam
menjadikan adzan sebagai pembeda antara darul kufr (negeri kafir) dan darul
islam (negeri islam). Bila terdengar adzan di suatu daerah maka dihukumi
sebagaimana negeri islam sehingga terjamin darah-darah dan harta mereka.
Sebaliknya bila tidak terdengar suara adzan maka beliau serang mereka setelah
tiba waktu shubuh
Dalam riwayat lain disebutkan sabda nabi
shollallohu alaihi wasallam :
إذا رأيتم مسجداً، أو
سمعتم مؤذناً فلا تقتلوا أحداً
Bila kalian melihat sebuah masjid atau kalian dengan
suara muadzin maka janganlah kalian membunuh seorangpun [HR Ahmad, Abu Daud,
Nasa’i dan Tirmidzi]
Maroji’ : Fathul Bari, Ibnu Rojab Alhanbali
4/201
(b) Ditakuti setan
Suara yang paling dihindari setan adalah
kumandang adzan :
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا
نُودِيَ لِلصَّلَاةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لَا يَسْمَعَ
التَّأْذِينَ فَإِذَا قَضَى النِّدَاءَ أَقْبَلَ حَتَّى إِذَا ثُوِّبَ
بِالصَّلَاةِ أَدْبَرَ حَتَّى إِذَا قَضَى التَّثْوِيبَ أَقْبَلَ حَتَّى يَخْطِرَ
بَيْنَ الْمَرْءِ وَنَفْسِهِ يَقُولُ اذْكُرْ كَذَا اذْكُرْ كَذَا لِمَا لَمْ
يَكُنْ يَذْكُرُ حَتَّى يَظَلَّ الرَّجُلُ لَا يَدْرِي كَمْ صَلَّى
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Jika panggilan shalat (adzan)
dikumandangkan maka setan akan lari sambil mengeluarkan kentut hingga ia tidak
mendengar suara adzan. Apabila panggilan adzan telah selesai maka setan akan
kembali. Dan bila iqamat dikumandangkan setan kembali berlari dan jika iqamat
telah selesai dikumandangkan dia kembali lagi, lalu menyelinap masuk kepada
hati seseorang seraya berkata, 'Ingatlah ini dan itu'. Dan terus saja dia
melakukan godaan ini hingga seseorang tidak menyadari berapa rakaat yang sudah
dia laksanakan dalam shalatnya [HR Bukhori, Muslim, Ahmad, Malik, Abu Daud dan
Nasa’i]
Dalam riwayat lain disebutkan jauhnya lari
setan :
عَنْ جَابِرٍ قَالَ
سَمِعْتُ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ إِنَّ الشَّيْطَانَ إِذَا سَمِعَ
النِّدَاءَ بِالصَّلاَةِ ذَهَبَ حَتَّى يَكُونَ مَكَانَ الرَّوْحَاءِ قَالَ سُلَيْمَانُ فَسَأَلْتُهُ عَنِ
الرَّوْحَاءِ. فَقَالَ هِىَ مِنَ الْمَدِينَةِ سِتَّةٌ وَثَلاَثُونَ مِيلاً.
Dari Jabir berkata : Aku mendengar nabi
shollallohu alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya setan bila mendengar seruan
sholat, ia pergi hingga mendapati tempat di Rouha. Sulaiman berkata : Aku
bertanya tentang Rouha. Jabir berkata : Dari Madinah jaraknya 36 mil [HR
Bukhori Muslim]
Dalam riwayat lain juga disebutkan salah satu
alasan kenapa setan lari, yaitu karena mereka tidak ingin memberi kesaksian
pada hari kiamat atas adzan yang dikumandangkan oleh sang muadzin :
عَنْ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي صَعْصَعَةَ
الْأَنْصَارِيِّ ثُمَّ الْمَازِنِيِّ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ أَخْبَرَهُ أَنَّ أَبَا
سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ قَالَ لَهُ إِنِّي أَرَاكَ تُحِبُّ الْغَنَمَ وَالْبَادِيَةَ
فَإِذَا كُنْتَ فِي غَنَمِكَ أَوْ بَادِيَتِكَ فَأَذَّنْتَ بِالصَّلَاةِ فَارْفَعْ
صَوْتَكَ بِالنِّدَاءِ فَإِنَّهُ لَا يَسْمَعُ مَدَى صَوْتِ الْمُؤَذِّنِ جِنٌّ
وَلَا إِنْسٌ وَلَا شَيْءٌ إِلَّا شَهِدَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ أَبُو
سَعِيدٍ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Abdurrohman Bin Abdulloh Bin abdurrohman
Bin Abu Sho’sho’ah Al Anshoriyy Almazinni dari bapaknya bahwa ia mengabarkan
bahwa Abu Said Alkhudzriyy berkata kepadanya : Sesungguhnya aku melihatmu
menyukai kambing dan tempat sunyi di sahara. Bila engkau berada bersama kambing
dan saharamu maka kumandangkan adzan. Keraskan suaramu dengan seruan itu karena
tidaklah sepanjang suara muadzin terdengar oleh jin, manusia dan apa saja
kecuali akan menjadi saksi baginya pada hari kiamat [HR Bukhori, Ahmad dan Ibnu
Majah]
(c) Sarana terkabulnya doa
Itu bila kita lakukan antara adzan dan iqomat
:
عَنْ أَنَسٍ رضي الله
عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم لَا يُرَدُّ اَلدُّعَاءُ
بَيْنَ اَلْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ
Dari Anas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Doa antara adzan dan qomat itu tidak
akan ditolak [HR Nasa'i]