Kedudukan Tangan Dalam Sholat (18)
Para ulama madzhab berbeda pendapat dalam hal ini. Imam
Hanafi berpendapat bahwa mengangkat jari telunjuk saat mengucapkan laa ilaaha
illalloh untuk menetapkan keesaan Alloh. Imam Hanafi berdalil pada hadits :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ
قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا قَعَدَ يَدْعُو وَضَعَ
يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَيَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ
الْيُسْرَى وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ وَوَضَعَ إِبْهَامَهُ عَلَى
إِصْبَعِهِ الْوُسْطَى وَيُلْقِمُ كَفَّهُ الْيُسْرَى رُكْبَتَهُ.
Dari Abdulloh Bin Zubair berkata : Rosululloh shollallohu
alaihi wasallam bila duduk untuk berdoa (tahiyat), meletakkan tangan kanan atas
paha kanan dan tangan kiri di atas paha kiri serta memberi isyarat dengan jari
telunjuknya. Beliau meletakkan ibu jari pada jari tengah dan meletakkan telapak
tangan kiri pada lututnya [HR Muslim]
Imam Malik berpendapat bahwa mengangkat jari telunjuk
dilakukan dari awal hingga akhir dengan menggerak-gerakkannya. Hal ini
berdasarkan kesaksian dari Wail Bin Hujr
عَنْ وَائِلَ بْنَ حُجْرٍ ....ثُمَّ قَعَدَ وَافْتَرَشَ
رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ وَرُكْبَتِهِ
الْيُسْرَى وَجَعَلَ حَدَّ مِرْفَقِهِ الْأَيْمَنِ عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى
ثُمَّ قَبَضَ اثْنَتَيْنِ مِنْ أَصَابِعِهِ وَحَلَّقَ حَلْقَةً ثُمَّ رَفَعَ إِصْبَعَهُ
فَرَأَيْتُهُ يُحَرِّكُهَا يَدْعُو بِهَا
Dari
: Wail Bin Hujr : .... lalu beliau duduk dengan membentangkan kaki kirinya.
Beliau meletakkan telapak tangan kiri di atas paha dan lutut kiri dan
menjadikan ujung siku kanan di atas paha kanan lalu menggenggam dua jarinya dan
membuat lingkaran. Setelah itu mengangkat jari telunjuknya. Aku melihatnya,
beliau menggerak-gerakkannya seraya berdoa dengannya [HR Ahmad dan Nasa’i]
Imam
Syafi’i berpendapat bahwa jari telunjuk diangkat saat membaca kalimat tauhid
pada huruf hamzah di kalimat illalloh. Ini didasarkan pada hadits yang
diriwayatkan oleh Abdulloh Bin Umar :
عَنْ اِبْنِ عُمَرَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ
رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ إِذَا قَعَدَ لِلتَّشَهُّدِ وَضَعَ
يَدَهُ اَلْيُسْرَى عَلَى رُكْبَتِهِ اَلْيُسْرَى وَالْيُمْنَى عَلَى
اَلْيُمْنَى وَعَقَدَ ثَلَاثَةً وَخَمْسِينَ وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ
اَلسَّبَّابَةِ ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَفِي رِوَايَةٍ لَهُ : ( وَقَبَضَ
أَصَابِعَهُ كُلَّهَا وَأَشَارَ بِاَلَّتِي تَلِي اَلْإِبْهَامَ )
Dari
Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
apabila duduk untuk tasyahhud meletakkan tangannya yang kiri di atas lututnya
yang kiri dan tangannya yang kanan di atas lututnya yang kanan beliau membuat
genggaman lima puluh tiga dan beliau menunjuk dengan jari telunjuknya [HR
Muslim]. Dalam suatu riwayat Muslim yang lain : Beliau menggenggam seluruh
jari-jarinya dan menunjuk dengan jari yang ada di sebelah ibu jari.
Adapun
Imam Hambali menganjurkan mengangkat jari telunjuk pada lafadz “ Alloh “
Maroji’
:
Taudhihul
Ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 1/577