Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam Tertawa Karena Sifat Asli Mukmin



Tertawa Dalam Timbangan Aqidah Dan Fiqih (24)

Suatu hari nabi shollallohu alaihi wasallam tengah duduk. Tiba-tiba beliau tertawa. Hal itu tidak membuat para sahabat menanyakan kepada beliau tentang sebab tertawa yang beliau lakukan. Akhirnya rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :

أَلاَ تَسْأَلُونِى مِمَّا أَضْحَكُ

Kenapa kalian tidak bertanya kepadaku “ Apa yang membuatmu tertawa ?”

Mendengar hal itu, para sahabatpun bertanya :

مِمَّ تَضْحَكُ ؟

Apa yang membuat engkau tertawa ?

Beliau bersabda :

عَجَباً مِنْ أَمْرِ الْمُؤْمِنِ كُلُّهُ لَهُ خَيْرٌ ، إِنْ أَصَابَهُ مَا يُحِبُّ حَمِدَ اللَّهَ عَلَيْهِ فَكَانَ لَهُ خَيْرٌ ، وَإِنْ أَصَابَهُ مَا يَكْرَهُ فَصَبَرَ كَانَ لَهُ خَيْرٌ ، وَلَيْسَ كُلُّ أَحَدٍ أَمْرُهُ لَهُ خَيْرٌ إِلاَّ الْمُؤْمِنَ  

Menakjubkan perkara mukmin itu. Semuanya baginya adalah kebaikan. Bila diberi sesuatu yang membuatnya senang, ia memuji Alloh. Ia menilai bahwa itu adalah kebaikan baginya. Bila ditimpa sesuatu yang tidak menyenangkan, ia bersabar. Ia menilai itu adalah kebaikan baginya. Tidak ada bagi setiap orang perkara yang menimpanya adalah kebaikan baginya selain mukmin

Secara lengkap, riwayat di atas adalah :

عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ بَيْنَمَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم جَالِسٌ إِذْ ضَحِكَ فَقَالَ أَلاَ تَسْأَلُونِى مِمَّا أَضْحَكُ ؟  فَقَالُوا : مِمَّ تَضْحَكُ ؟ قَالَ : عَجَباً مِنْ أَمْرِ الْمُؤْمِنِ كُلُّهُ لَهُ خَيْرٌ ، إِنْ أَصَابَهُ مَا يُحِبُّ حَمِدَ اللَّهَ عَلَيْهِ فَكَانَ لَهُ خَيْرٌ ، وَإِنْ أَصَابَهُ مَا يَكْرَهُ فَصَبَرَ كَانَ لَهُ خَيْرٌ ، وَلَيْسَ كُلُّ أَحَدٍ أَمْرُهُ لَهُ خَيْرٌ إِلاَّ الْمُؤْمِنَ  

Dari Shuhaib berkata : Ketika rosululloh shollallohu alaihi wasallam sedang duduk, tiba-tiba beliau tertawa. Beliau bersabda : Kenapa kalian tidak bertanya kepadaku “ Apa yang membuatmu tertawa ?”. Mereka bertanya : Apa yang membuat engkau tertawa ? Beliau bersabda : Menakjubkan perkara mukmin itu. Semuanya baginya adalah kebaikan. Bila diberi sesuatu yang membuatnya senang, ia memuji Alloh. Ia menilai bahwa itu adalah kebaikan baginya. Bila ditimpa sesuatu yang tidak menyenangkan, ia bersabar. Ia menilai itu adalah kebaikan baginya. Tidak ada bagi setiap orang perkara yang menimpanya adalah kebaikan baginya selain mukmin [HR Ahmad dan Addarimi]