Antara Masjid Dan Kuburan (6)
Syaikh Nashiruddin Al Bani berkata :
لأن السنة الدفن في
المقابر والدفن في مقابر المسلمين أعجب إلى أبي عبد الله ( يعني الإمام أحمد ) من
الدفن في البيوت لأنه أقل ضررا على الأحياء من ورثته وأشبه بمساكن الآخرة وأكثر
للدعاء له والترحم عليه ولم يزل أصحابه والتابعون ومن بعدهم يقبرون في الصحارى
Karena menurut sunnah mengubur itu di
komplek pekuburan (bukan di masjid) dan mengubur di pekuburan muslim lebih
disukai oleh Abu Abdillah (maksudnya Imam Ahmad) daripada mengubur di
rumah-rumah karena lebih sedikit madlorotnya bagi orang hidup dari kalangan ahli
warisnya. (orang sholih yang dikubur di pekuburan) lebih mirip (menunjukkan)
dengan perkampungan akhirat, lebih banyak doa dan kasih sayang bagi
penghuninya. Para sahabat, tabi’in dan orang yang datang sesudahnya senantiasa
dikubur di sahara.
Ibnul Muzir berkata :
قال ابن المنذر :
ونحن نكره من ذلك ما كرهه أهل العلم استدلالا بالثابت عن النبي صلى الله عليه وسلم
، أنه قال : اجعلوا في بيوتكم من صلاتكم ، ولا تتخذوها قبورا ، ففي هذا دليل على
أن المقبرة ليست بموضع للصلاة
Kami membenci hal itu sebagaimana
para ulama membencinya berdasar dengan dalil yang tetap dari nabi shollallohu
alaihi wasallam bahwa beliau bersabda “ Jadikan rumah-rumah kalian bagian dari
sholat kalian dan jangan menjadikannya sebagai kuburan “. Hadits ini
menunjukkan bahwa kuburan bukan tempat sholat
Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab
dalam kitab tauhidnya memberi judul di bab 20 dengan :
ما جاء في التغليظ
فيمن عبد الله عند قبر رجل صالح فكيف إذا عبده
Bab Sikap Keras Kepada Siapa Yang
Beribadah Kepada Alloh Di Sisi Kuburan Orang Sholih, Lalu Bagaimana Bila
Menyembahnya
Bab ini menunjukkan bahwa beribadah
(seperti sholat) di sisi kuburan akan membuka celah perbuatan syirik. Kenyataan
banyak membuktikan bahwa orang-orang sholih yang dikubur di komplek masjid,
akhirnya dikunjungi dan kemudian dijadikan sarana tabarruk (mencari berkah)