Kontradiksi Kafir Quraisy Terhadap Syair

 

Kontradiksi Kafir Quraisy Terhadap Syair

Syair Dalam Timbangan Aqidah (3)

Masyarakat quraisy membanggakan syair bahkan ia sudah menjadi bagian dari hidup mereka. Sebagai pemuliaan bagi syair yang indah, mereka akan menggantungnya di dinding ka’bah.

Terasa aneh, manakala mereka kesulitan menghadapi hujjah dari dakwah rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Mereka tidak mampu membantahnya hingga akhirnya mereka berniat merendahkan pribadi rosululloh shollallohu alaihi wasallam dengan sebutan buruk atau hina. Diantara yang mereka sematkan kepada nabi shollallohu alaihi adalah julukan “ Penyair “. Kita bisa mendapatinya pada firman Alloh :

بَلْ قَالُوا أَضْغَاثُ أَحْلَامٍ بَلِ افْتَرَاهُ بَلْ هُوَ شَاعِرٌ  

Bahkan mereka berkata (pula) : (Al Qur'an itu adalah) mimpi-mimpi yang kalut, malah diada-adakannya, bahkan dia sendiri seorang penyair [al anbiya : 5]

أَمْ يَقُولُونَ شَاعِرٌ نَتَرَبَّصُ بِهِ رَيْبَ الْمَنُونِ  

Bahkan mereka mengatakan : Dia adalah seorang penyair yang kami tunggu-tunggu kecelakaan menimpanya [thur : 30]

Menyebut rosululloh shollallohu alaihi wasallam sebagai “ Penyair “ dengan tujuan penghinaan bagi beliau, sementara syair adalah sesuatu yang mereka muliakan dalam kehidupan mereka ?! Di sinilah letak kontradiksinya