Syair Dalam Timbangan Aqidah (1)
Nabi shollallohu alaihi wasallam memiliki kecakapan dalam
bertutur kata hingga membuat siapa saja tertarik untuk menyimak apa yang beliau
ucapkan. Tidak itu saja, nabi shollallohu alaihi wasallam juga memiliki
jawami’ul kalim. Mampu berbicara dengan kalimat singkat akan tetapi berisi.
Bila dijabarkan akan menghasilkan banyak pelajaran.
Kendati demikian, rosululloh shollallohu alaihi wasallam
tidak memiliki kepiawaian dalam bersyair, padahal syair adalah sesuatu yang sangat
dibangga-banggakan bagi masyarakat quraisy hingga mereka memiliki pasar Ukadz
sebagai tempat jual beli syair. Syair terindah dijual dengan harga mahal bahkan
akan digantung di dinding ka’bah. Tentang bersihnya rosululloh shollallohu
alaihi wasallam dari syair, Alloh berfirman :
وَمَا عَلَّمْنَاهُ الشِّعْرَ وَمَا
يَنْبَغِي لَهُ إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ وَقُرْآَنٌ مُبِينٌ لِيُنْذِرَ مَنْ كَانَ حَيًّا وَيَحِقَّ
الْقَوْلُ عَلَى الْكَافِرِينَ
Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan
bersyair itu tidaklah layak baginya. Al Qur'an itu tidak lain hanyalah
pelajaran dan kitab yang memberi penerangan, supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada
orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah (ketetapan adzab) terhadap
orang-orang kafir [yasin :69-70]
Sehebat apapun syair yang dihasilkan para penyair di dunia,
tidak mungkin mampu mengalahkan keindahan tutur kata yang keluar dari lesan
rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Ia juga tidak bisa mengalahkan
keagungan firman Alloh dalam alquran.
Oleh karena itu, terlalu jauh bila quran dan hadits
dibanding-bandingkan dengan syair. Kenapa ? Karena quran dan hadits adalah wahyu
sementara syair adalah perkataan manusia yang bisa salah, terlebih mayoritas
penyair adalah orang yang jauh dari Alloh.