Adhi bin Arth seorang gubernur Basroh hendak memilih 2 kandidat yang akan dijadikan qodli di Basroh yaitu Iyas bin Muawiyah dan Alqosim. Ternyata ketika keduanya menghadap sang gubernur keduanya masing-masing menyatakan bahwa rekannyalah yang lebih utama dimana Iyas menganggap Alqosim lebih utama sedangkan Alqosim menganggap Iyas lebih utama sambil menyebutkan keutamaan, ilmu dan kefakihannya.
Iyas berkata : wahai amir, anda bisa menanyakan tentang diri kami berdua kepada Hasan Albasri dan Muhammmad bin Sirin 2 fuqoha dari Iraq karena keduanyalah yang paling mampu membedakan antara kami berdua ( Iyas mengatakan seperti itu karena Qosim adalah murid kedua ulama tersebut, sedangkan Iyas sendiri tidak memiliki hubungan apapun dengan mereka)
Alqosim menyadari bahwa Iyas akan memojokkannya, sebab kalau gubernur Iraq bermusyawarah dengan kedua ulama tersebut tentulah mereka akan memilih Qosim bukan Iyas, maka ia segera berkata kepada sang gubernur : wahai gubernur jangan engkau menanyakan perihalku kepada siapapun, demi Alloh yang tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Dia, Iyas lebih mengerti masalah agama daripadaku dan lebih mampu menjadi hakim. Bila aku bohong dalam sumpahku maka tidak pantas anda memilihku menjadi qodli karena berarti engkau telah memilih orang yang cacat, sementara bila aku jujur maka anda tidak boleh mengutamakan orang yang lebih rendah sedangkan di sini ada orang yang lebih utama.
Iyaspun setelah mendengar penuturan Qosim segera ia berkata kepada gubernur : wahai gubernur, anda memanggil orang untuk diangkat menjadi hakim, dimana ibarat anda meletakkan orang tersebut di tepi jurang neraka lalu Qosim menyelamatkan dirinya dengan sumpah palsu yang dia bisa meminta ampun kepada Alloh dengan beristighfar kepadaNya dan selamatlah ia dari apa yang ia takutinya
Akhirnya gubernur berkata kepada Iyas : orang yang berpandangan seperti dirimulah yang pantas diangkat menjadi hakim.
Maroji’ : shuwar min hayati tabi’in, Syaikh Abdurrohman Rof’at Basya