Imam Abu Hatim berkata : Alloh menjadikan untuk kita dua telinga sementara mulut hanya satu agar kita lebih banyak mendengar daripada berbicara dimana boleh jadi bila dia berbicara akan berakhir dengan penyesalan sebaliknya bila tidak bicara tidak akan menyesal.
Bakr Abdullah Almuzni berkata : berhati-hatilah dalam berbicara, karena bila benar belum tentu engkau mendapat pahala , bila salah sudah pasti mendapat dosa.
Imam Syafi’i berkata : bila engkau hendak berbicara maka berpikirlah sejenak, bila tidak menimbulkan madlorot maka silahkan berbicara sebaliknya bila menimbulkan madlorot atau anda ragu maka tahanlah untuk tidak bicara.
Tiga perkataan di atas sesuai dengan nasehat nabi shollallohu alaihi wasallam :
عن أبى هريرة رضى الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِالله وَالْيَوْمَ الأخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أوْ لِيَصْمُتْ رواه بخارى مسلم
Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu berkata : bersabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam : barangsiapa beriman kepada Alloh dan hari akhir maka berkatalah yang baik atau diam [HR Bukhori Muslim]
عن أبى هريرة رضى الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بالْكَلِمَةِ مَايَتَبَيَّنُ مَا فِيْهِا يَهْوِى بِهَا فِى النَّارِ أبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ رواه بخارى مسلم
Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu berkata : bersabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam : sungguh seorang hamba berbicara dengan suatu kata yang belum jelas kebenarannya yang menyebabkan ia terperosok kedalam neraka yang kedalamannya melebihi jauhnya barat dan timur [HR Bukhori Muslim]
Maroji’ : rifqon ahlisunnah bi ahlissunnah, Syaikh Abdul Muhsin Hammad Al Abbadulloh