Beda ulama dan ilmuwan

Beda ulama dan ilmuwan

Seorang ilmuwan semisal dokter meneliti tulang dan susunannya yang ada pada manusia dengan tujuan untuk penelitian sehingga mengetahui cara pengobatannya. Sementara seorang ulama memperhatikan tulang belulang manusia untuk menjadikannya sebagai bukti keagungan Alloh Azza Wajalla. Sungguh sangat berbeda cara pandang ilmuwan dan ulama.

Seorang ilmuwan meneliti gempa bumi untuk mengetahui berapa kekuatan gempa, dimana pusat terjadinya dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi setelah itu. Sementara ulama akan menjadikan gempa sebagai muhasabah terhadap segala dosa yang telah diperbuat manusia sebagaimana apa yang dikatakan oleh Umar bin Khothob setelah gempa menggoncang kota Madinah :

Seandainya gempa berulang kembali di kota ini maka aku tidak akan hidup berdampingan dengan kalian lagi. Perkataan ini ditafsirkan oleh Ka’ab bahwa gempa terjadi bila penduduknya berbuat ma’shiat.

Sungguh berbeda cara pandang ulama dan ilmuwan. Akan tetapi dua-duanya tidak bertentangan bahkan saling melengkapi karena fikir dan dzikir adalah dua ciri khas yang dimiliki oleh ulul albab sebagaimana firman Alloh :

إنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لايَاتِ لأولِى الأَلْبَابِ
الّّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ الله قِيَامًا وَقُعُوْدًا وَعَلَى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِى خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ
هذَا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. [ali imron : 190-191]


Maroji’ :

Aljawab alkafi, ibnu Qoyyim Aljauziyyah hal 73

Keajaiban-keajaiban makhluq dalam pandangan al imam ibnul Qoyyim, Abu Mundzir Kholil bin Ibrohim Amin hal 37