Potongan ayam

Potongan ayam

Ibrohim bin Munzir menuturkan bahwa seorang Arab baduy datang mengunjungi seorang laki-laki kota. Lelaki kota itu memiliki ayam banyak, ia juga punyak anak, 2 anak laki-laki dan 2 anak perempuan. Lelaki itu berkata kepada istrinya : sembelihlah seekor ayam dan hidngkan makan siang untuk kita.

Setelah duduk beberapa lama, ayam itu diberikan kepada tamu untuk dibagikan. Namun tamu tersebut menjawab bahwa ia tidak pandai membagi. Akan tetapi kemudian ia meminta persetujuan tuan rumah untuk memotong-motong ayam itu dan membagikannya kepada semua yang hadir. Masing-masing mendapatkan pembagian sesuai kebijakannya.

Ia memotong kepala ayam dan diberikannya kepada lelaki si tuan rumah seraya berkata : kepala ayam untuk kepala rumah tangga. Lalu ia memotong kedua sayap ayam dan diberikannya kepada dua anak lelaki seraya berkata : dua sayap untuk dua anak laki-laki. Lalu ia memotong paha ayam dan memberikannya kepada dua anak perempuan seraya berkata : dua paha untuk dua anak perempuan. Lalu ia memotong bagian belakang ayam (brutu) dan memberikannya kepada istri tuan rumah seraya berkata : bagian belakang ayam untuk yang biasa di belakang (dapur)

Terakhir kalinya ia memegang bagian dada sambil berkata : bagian dada untuk tamu ???!!!

Keesokan harinya lelaki tuan rumah meminta agar menghidangkan lima ekor ayam bakar. Ketika waktu makan siang tiba, tamu itu diminta untuk membagikannya di antara mereka. Sebelum membagi ia bertanya kepada tuan rumah : dibagi genap atau ganjil ? mereka menjawab : ganjil. Ia kemudian membagikannya sambil berkata : Anda ditambah istri anda ditambah satu ayam sama dengan tiga. Lalu ia memberikan kepada keduanya satu ayam. Ia mengatakan lagi : kedua anak laki-laki anda ditambah satu ayam sama dengan tiga dan kedua anak perempuan anda ditambah satu ayam sama dengan tiga lalu ia berikan seekor ayam untuk anak laki-laki dan seekor untuk anak perempuan.

Selanjutnya ia berkata : aku ditambah dua ayam sama dengan tiga. Iapun mengambil dua ayam sambil memandangi mereka satu persatu. Ia berkata lagi : mungkin kalian tidak suka dengan pembagianku dengan hitungan ganjil, apakah kalian suka dengan pembagian genap ? baiklah tampaknya kalian menginginkan pembagian dengan hitungan genap. Aku akan melakukannya.

Untuk membagi dengan hitungan genap, kelima ayam itu dikumpulkan kembali. Ia berkata : anda ditambah dua anak laki-laki anda sama dengan empat. Lalu ia memberikan seekor ayam kepada mereka. Kemudian ia berkata lagi : istri anda ditambah dua putri anda sama dengan empat. Lalu ia memberikan seekor ayam kepada mereka.

Terakhir kalinya ia berkata : aku ditambah tiga ekor ayam sama dengan empat. Ia segera mengambil tiga ekor ayam sambil menengadahkan wajahnya ke langit dan berkata : alhamdulillah, Engkau telah membuat mereka dan aku paham akan hitungan.