Hutang untuk kebutuhan primer

Hutang untuk kebutuhan primer

وعن عائشة رَضِيَ اللَّهُ عَنها قالت توفي رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم ودرعه مرهونة عند يهودي في ثلاثين صاعاً من شعير مُتَّفَقٌ عَلَيهِ

Dari Aisyah rodliyallohu anha : rosululloh shollallohu alaihi wasallam wafat sementara baju besi beliau masih tergadaikan di rumah seorang Yahudi untuk mendapatkan 30 sho’ gandum [muttafaq alaih]

Hadits di atas mengandung pelajaran :

• Hutang seyogyanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan primer bukan sekunder. Bukankah gandum adalah makanan pokok nabi shollallohu alaihi wasallam dan orang Arab secara umum
• Hikmah dibalik menggadaikannya nabi shollallohu alaihi wasallam kepada orang yahudi adalah untuk menunjukkan kepada umat bahwa transaksi muamalah dengan orang kafir diperbolehkan dalam islam. Disamping itu untuk mengajari umat tentang iffah (menjaga kehormatan). Bisa dibayangkan bila gandum di rumah beliau habis kemudian beliau pergi ke rumah sahabatnya untuk menggadaikan baju besi dengan harapan mendapatkan gandum niscaya tidak ada satupun di antara sahabat membiarkan nabinya merana kelaparan yang kemudian akan memberikannya secara cuma-cuma. Beliau tidak suka memanfaatkan kedudukannya sebagai pemimpin umat untuk mengeruk keuntungan.

Dan perlu dicatat penggadaian baju besi hanya diketahui Aisyah dan itu tidak diketahui oleh istri-istri lain terlebih orang yang di luar rumah beliau. Hal ini sekaligus bukti akan kelebihan Aisyah atas istri-istri beliau lainnya