Walloohu a’lam

Walloohu a’lam

Tak jarang dalam sebuah pengajian, seorang ustadz ditanya tentang suatu permasalahan dengan tenang menjawab : barangkali … menurut saya … kalau tidak salah … mungkin … kira-kira … dan jawaban lainnya. Entah karena malu di hadapan jamaah atau takut masyarakat tidak mempercayai dirinya sebagai ustadz sehingga di saat tidak bisa menjawab pertanyaan maka memaksakan diri untuk menjawabnya. Sungguh jawaban yang tidak menunjukkan akhlaq seorang ustadz. Kelak kata-kata itu akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Alloh. Karena Alloh berfirman :

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إلاَّ لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْد
ٌ
Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir. [qoof : 18]

Dari sinilah rosululloh shollallohu alaihi wasallam memberi nasehat yang sangat berharga bagi para ustadz :

عَنْ مَسْرُوقٍ قَالَ دَخَلْنَا عَلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ مَنْ عَلِمَ شَيْئًا فَلْيَقُلْ بِهِ وَمَنْ لَمْ يَعْلَمْ فَلْيَقُلْ اللَّهُ أَعْلَمُ فَإِنَّ مِنْ الْعِلْمِ أَنْ يَقُولَ لِمَا لَا يَعْلَمُ اللَّهُ أَعْلَمُ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لِنَبِيِّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنْ الْمُتَكَلِّفِينَ

Dari Masruq dia berkata; Ketika aku menemui Abdullah bin Mas'ud, ia berkata; Barang siapa yang mengetahui sesuatu hendaklah ia mengatakan apa yang diketahuinya. Dan barang siapa yang tidak mengetahuinya maka hendaklah ia mengatakan “walloohu a’lam” Allah yang Maha Tahu. Karena termasuk dari ilmu ketika ia tidak mengetahuinya, ia mengatakan; 'Allah Maha tahu.' Allah Azza wa Jalla berfirman kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: Katakanlah (hai Muhammad): "Aku tidak meminta upah sedikitpun padamu atas da'wahku dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan. (Shaad: 86). [HR Bukhori]

Syaikh Mushthofa Albugho berkata :

• Tidak diperbolehkan gegabah dengan terlalu berani mengeluarkan fatwa kecuali bila meyakini bahwa dirinya memahami dan menguasai apa yang ia katakan.
• Tidak akan berkurang kedudukan seorang alim bila tidak mengetahui suatu masalah lalu dengan berterus terang dengan menyampaikan bahwa dirinya belum menguasainya.
Ada baiknya para ustadz untuk menjadikan nasehat-nasehat para ulama di bawah ini sebagai bahan renungan :

قاَلَ أبْنُ عَبَّاسٍ : إنَّ كُلَّ مَنْ أفْتَى النَّاسَ فِى كُلِّ مَا يَسْأَلُوْنَهُ عَنْهُ لَمَجْنُوْنَ

Ibnu Abbas berkata : sesungguhnya tiap orang yang senantiasa memberi fatwa kepada manusia untuk setiap pertanyaan yang disampaikan kepadanya sungguh ia adalah gila

قَالَ سَجْنُوْن بْن ُ سَعِيْدٍ : أجْسَرُ النَّاسِ عَلَى الْفُتْيَا أقَلُّهُمْ عِلْمًا يَكُوْنُ عِنْدَ الرَّجُلِ الْبَابُ الْوَاحِدُ مِنَ الْعِلْمِ
يَظُنُّ أنَّ الْحَقَّ كُلُّهُ فِيْهِ

Sahnun bin Said berkata : manusia yang paling berani berfatwa adalah orang yang paling sedikit ilmunya. Seorang memiliki satu saja dari bab ilmu lalu ia merasa bahwa alhaq seluruhnya ada pada dirinya

قَالَ إبن الْقَيِّمِ الْجَرْأةُ عَلَى الْفُتْيَا تَكُوْنُ مِنْ قِلَّةِ الْعِلْمِ فَإِذَا قَلَّ الْعِلْمُ أفْتَى عَنْ كُلِّ مَا يُسْأَلُ عَنْهُ بِغَيْرِ
عِلْمٍ

Ibnu Qoyyim berkata : orang yang paling berani (gegabah) berfatwa menunjukkan akan sedikitnya ilmu pada dirinya. Bila ilmu yang dia miliki sedikit maka ia akan berfatwa tanpa dasar ilmu terhadap semua pertanyaan yang diajukan padanya.

قَالَ مَالِكٌ : الْعِلْمُ ثَلاَثَةٌ كِتَابُ الله النَّاطِقُ وَسُنَّةٌ مَاضِيَّةٌ وَلاَ أدْرِى

Malik berkata : ilmu itu ada tiga : kitabulloh yang berbicara, sunnah yang terus berlaku dan tidak tahu

قَالَ مُعَاوِيَّةُ : أمَّا بَعْدُ فَإِنَّهُ قَدْ بَلَغَنِى أنَّ رِجَالاً فِيْكُمْ يَتَحَدَّثُوْنَ بِأَحَادِيْثٍ لَيْسَتْ فِى كِتَابِ الله وَلاَ تُؤْثَرُ عَنْ رَسُوْلِ الله صلى الله عليه وسلم فَأولئِكَ جُهَّالَكُمْ

Muawiyah berkata : amma ba’du sesungguhnya telah sampai berita padaku bahwa banyak orang yang berbicara tentang banyak masalah yang tidak berdasar pada kitabylloh dan tidak dikembalikan kepada rosululloh shollallohu alaihi wasallam, maka ketahuilah bahwa mereka adalah orang-orang bodoh di antara kalian.

Alangkah agungnya akhlaq para malaikat di saat mendapat pertanyaan Alloh dari Alloh dan mereka tidak mampu menjawabnya maka tidak ada perkataan selain :

سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إنَّكَ أنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ

Maha Suci Engkau, Tidak ada ilmu yang ada pada kami (untuk menjawab) kecuali sedikit ilmu yang Engkau berikan kepada kami, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana [albaqoroh : 32]

Betapa terpuji akhlaq Imam Ahmad di saat mendapat pertanyaan dan beliau tidak mengetahui jawabannya maka beliau dengan ringan berkata “ saya tidak tahu “ ketika dipaksa untuk tetap menjawab, maka beliau berkata :

فَأبْلِغْ مَنْ وَرَاءَكَ أنِّى لاَ أدرِى

Sampaikan kepada orang yang ada di belakangmu bahwa aku menjawab “ saya tidak tahu “

Maroji’ :
Nuzhatul muttaqin 2/355
I’lamul Muwaqqi’in, Ibnu Qoyyim 1 hal 27-29