Nasionalisme

Nasionalisme

Nasehat bagi pendukung tim nasional (3)

Hingar bingar piala AFF menyita perhatian. Koran dan televisi seolah berlomba untuk membesar-besar berita yang sebenarnya terlalu remeh untuk diperhatikan apalagi bila dibandingkan dengan nasib saudara-saudara kita di Palestina atau para mujahid yang tertawan di Abu Ghorib Iraq, Guantanamo Amerika, Lemanturoh Mesir dan penjara lainnya.

Akhir cerita, PSSI gagal menggapai impiannya untuk merebut piala. Kemenangan sebuah tim memang akan mengangkat nama bangsa akan tetapi bukan berarti kekalahan akan menjatuhkan harga diri di hadapan negara-negara lain.
Terlepas dari kegagalan yang diderita tim nasional, ada beberapa catatan yang perlu dijadikan muhasabah bagi kita :

Semangat nasionalisme

Ukhuwah hanya bisa dibangun di atas landasan iman, persaudaraan yang dibingkai dengan selain dasar itu tidak akan bermanfaat. Alloh dalam banyak ayatnya berulangkali mengingatkan masalah ini :

يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أخِيْهِ وَأمِّهِ وَأبِيْهِ وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيْهِ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيْهِ

34. Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya,
35. Dari ibu dan bapaknya,
36. Dari istri dan anak-anaknya.
37. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. [abasa : 34-37]

يُبَصَّرُوْنَهُمْ يَوَدُّ الْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِى مِنْ عَذَابِ يَوْمِئِذٍ بِبَنِيْهِ وَصَاحِبَتِهِ وَأخِيْهِ وَفَصِيْلَتِهِ الَّتِى تُؤْوِيْهِ وَمَنْ فِى الأَرْضِ جَمِيْعاً ثُمَّ يُنْجِيْهِ

11. Sedang mereka saling memandang. orang kafir ingin kalau Sekiranya Dia dapat menebus (dirinya) dari azab hari itu dengan anak-anaknya,
12. Dan isterinya dan saudaranya,
13. Dan kaum familinya yang melindunginya (di dunia).
14. Dan orang-orang di atas bumi seluruhnya kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya. [alma’arij : 11-14]

الأَخِلاَّءُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إلاَّ الْمُتَّقِيْنَ

Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. [azzukhruf : 67]

Slogan “ satu demi merah putih “, atau yel-yel “ garuda di dadaku “ sungguh teramat hina bila dihadapkan pada timbangan alwala’ walbaro’. Hanya laa ilaaha illalloh yang bisa menyatukan seorang muslim. Dengan kalimat itu ia rela berkorban harta, kedudukan, popularitas bahkan nyawapun dengan ringan ia persembahkan demi keyakinan tauhidnya. Kenyataan ini berbalikan dengan para pendukung kesebelasan nasional. Demi cintanya kepada tim kesayangannya mereka rela berpanas-panasan, berdesakan bahkan sholat sebagai kewajiban seorang muslim rela dilupakan sejenak demi pembelaannya kepada Bambang Pamungkas dkk.

Sungguh tidak sama cinta karena Alloh dan cinta atas dasar dunia sebagaimana nasehat emas dari Ibnu Abbas

من أحب في الله، وأبغض في الله، ووالى في الله، وعادى في الله، فإنما تنال ولاية الله بذلك، ولن يجد عبد طعم الإيمان وإن كثرت صلاته وصومه حتى يكون كذلك، وقد صار عامة مؤاخاة الناس على أمر الدنيا، وذلك لا يجدي على أهله شيئا" رواه ابن جرير.

Barangsiapa yang mencintai seseorang karena Allah, membenci karena Allah, membela Karena Allah, memusuhi karena Allah, maka sesungguhnya kecintaan dan pertolongan Allah itu diperolehnya dengan hal-hal tersebut, dan seorang hamba tidak akan bisa menemukan lezatnya iman, meskipun banyak melakukan sholat dan puasa, sehingga ia bersikap demikian. Pada umumnya persahabatan yang dijalin di antara manusia dibangun atas dasar kepentingan dunia, dan itu tidak berguna sedikitpun baginya”. [HR Ibnu Jarir]

Walhasil mengundurkan diri dari keikut sertaan sebagai pendukung tim nasional lalu beralih menjadi pendukung-pendukung laa ilaaha illalloh adalah pilihan terbaik.