Bukti Orang Yang Bertauhid

petikan nasehat Abdulloh Azzam

Tauhid terbagi menjadi dua : tauhid ma’rifah (teoritis) dan tauhid amali (aplikasi). Mempelajari tauhid ma’rifah tidak memerlukan waktu yang panjang, akan tetapi kalau dilanjutkan dengan amal nyata dalam kehidupan adalah sesuatu yang sangat sulit dimana tidak semua manusia dikaruniai oleh Alloh untuk mengamalkannya.

Syafiulloh Al Afdloli selama delapan tahun berada di front terdepan dalam pertempuran. Para sahabatnya mengatakan “ Syafiulloh, engkau adalah komandan kami, jika engkau gugur maka yang rugi adalah kami semua “ (mereka menginginkan agar ia berada di barisan belakang). Namun apa jawabannya ? Ternyata dia hanya membaca ayat :

وَماَ كاَنَ لِنَفْسٍ أنْ تَمُوْتَ إلاَّ بِإذْنِ الله كِتاَباً مُؤَجَّلاً

Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. [ali imron : 145]

Di saat pasukan Rusia membombardir pasukan Afghan, semua mencari tempat perlindungan ke parit-parit kecuali seorang lelaki tua bernama Muhammad Umar. Dia duduk dengan santai seraya berdoa “ ya Alloh, siapa yang lebih kuat, Engkau ataukah pesawat Rusia yang membombardir kami ? “ Itu dilakukan sambil mengangkat kedua telapak tangannya. Belum sampai ia menurunkannya, pesawat tempur itu telah jatuh ke bumi.

Ketika Hertzle ketua freemensory menawarkan 150 juta dinar emas untuk kantong pribadi sultan Abdul Hamid dan pembangunan armada laut dan universitas, dengan imbalan agar yahudi diperkenankan tinggal di negeri Palestina maka dengan tegas Sultan Abdul Hamid menolaknya dengan berkata “ Sesungguhnya Palestina diperoleh dengan darah-darah umat islam, sekali-kali negeri itu tidak bisa direbut oleh orang kafir kecuali dengan darah pula ! simpanlah uang anda, jika sultan Abdul Hamid telah pergi maka kalian akan dapat mengambil Palestina dengan cuma-cuma “

Begitu selesai pertemuan itu, Hertzle bertolak ke Italy dan di sana mengirim telegram dengan mengancam “ Kamu akan membayar harga pertemuan itu dengan tahta dan nyawamu ! “
Benarlah akhirnya sultan Abdul Hamid membayar ketegasannya dengan nyawa dan tahtanya.
Di saat perang Afghanistan berlangsung (mujahidin dengan komunis soviet), Syaikh Jalaluddin Haqqoni menerima sepucuk surat dari Najib Baqor, seorang menteri pemerintahan Afghanistan yang komunis. Di dalam surat itu Najib berkata : demi Alloh saya seorang muslim, demikian juga menteri dalam negeri Sulaiman La’iq seorang muslim, akan tetapi sayang kami tak dapat berbuat apa-apa di dalam negeri. Kami tidak mampu melawan orang komunis karena mereka sangat banyak ada di sekeliling kami. Saya hanya minta kepada anda untuk mengamankan jalan-jalan di sekeliling kota untuk keselamatan saya, sebagai imbalannya saya akan mencabut hukuman mati yang dijatuhkan pengadilan atas diri anda. Selanjutnya saya akan memberikan seluruh wilayah Paktia kepada anda dan melepaskan seluruh tawanan mujahid Paktia yang ada pada kami. Setelah itu saya ingin berjumpa dengan anda dimana saya akan memberikan seratus jaminan supaya pertemuan itu berlangsung dengan tenang dan aman.

Syaikh Jalaluddin Haqqoni menjawab surat itu dengan mengatakan

يأيُّهاَ الَّذِيْنَ امَنُوْا لِمَ تَقُوْلُوْنَ ماَلاَ تَفْعَلُوْنَ كَبُرَ مَقْتاً عِنْدَ الله أنْ تَقُوْلُوْا ماَلاَ تَفْعَلُوْنَ

2. Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?
3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.[ash shof : 2-3]

Sesungguhnya Dawud dibunuh oleh orang komunis demikian juga Taraqi sementara saat ini Babrak Kamal ditahan di Moscow oleh orang komunis juga. Sekarang bagi anda hanya ada dua pilihan dan tidak ada pilihan ketiga. Anda tetap bersama orang-orang komunis yang nantinya mereka akan memenjarakan anda atau anda bergabung bersama kami untuk berjihad. Adapun duduk berunding dengan anda maka hal itu tidak mungkin saya lakukan selama Afghanistan masih bercokol orang-orang Rusia. Oleh karena saya tidak terbiasa duduk berunding di meja kehinaan.

Kita juga masih teringat di saat rosululloh shollallohu alaihi wasallam berada di gua Tsur dalam perjalanan hijrahnya. Ketika orang-orang kafir berada di mulut gua dan Abu Bakar berkata “ ya rosulalloh, seandainya asalah seorang di antara mereka melihat ke bawah kakinya pasti mereka akan melihat kita “ Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda “ bagaimana pendapatmu dengan dua orang dan Alloh yang ketiganya.
Inilah beberapa kisah yang menunjukkan betapa tauhid ilmi (teoritis) harus dibuktikan dalam tauhid amal.