Hukum ghibah (menggunjing) mujahid

Petikan Nasehat Abdulloh Azzam

يأيُّهاَ الَّذِيْنَ امَنُوْا اجْتَنْبُوْا كَثِيْرًا مِنَ الظَّنِّ إنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إثْمٌ وَلاَ تَجَسَّسُوْا وَلاَ يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضاً
أيُحِبُّ أحَدُكُمْ أنْ يَأكُلَ لَحْمَ أخِيْهِ مَيْتاً فَطَرِهْتُمُوْهُ وَاتَّقُوْا الله إنَّ الله تَوَّابٌ رَحِيْمٌ

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. [alhujurot : 12]

Kaum yang mengamat-amati kesalahan jihad Afghan. Jika mereka melihat kekeliruan, ketergelinciran atau kesalahan pelakunya maka segera menyebarluaskannya kepada orang ramai, melebih-lebihkannya dengan maksud membuktikan kesalahan orang-orang yang bekerja di dalam jihad ini.

Aneh ! kepengecutan (tidak berjihad) dianggap sebagai keteguhan sikap, meninggalkan jihad dinilai sebagai satu kearifan. Adapun mereka yang pergi berjihad untuk melindungi kehormatan umat islam, mengawal dinulloh dengan mengorbankan darah dan harta, maka perbuatan itu dinilai sebagai sikap sombong, jauh dari sikap keseimbangan.

Bagaimana bisa sadar seorang muslim ketika melihat kehormatan agamanya diinjak-injak sebagaimana yang diungkapkan oleh ibnu Qoyyim Aljauziyyah terhadap orang yang meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar dan jihad fi sabilillah dengan menyibukkan seluruh waktunya untuk beribadah dan menuntut ilmu. Sesungguhnya mereka itu sekiranya terusik kepentingan dunia mereka tentulah akan marah dan segera mengambil langkah untuk mengamankannya. Namun bila dinulloh dilecehkan dan larangan Alloh dilanggar maka wajah mereka tidak memerah.

إنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوْا بِهاَ وَإنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا لاَ يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْأً إنَّ الله بِماَ يَعْمَلُوْنَ مُحِيْطٌ

Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.[ali imron : 120]

Mereka katakan “ lihatlah jihad Afghan, sesungguhnya para mujahid menginang niswar (tumbuhan mirip tembakau), menghisap rokok, membawa jimat, saling bersengketa satu sama lainnya dan perkataan-perkataan lainnya “

Sebagian celaan Itu datang dari orang-orang baik dari dunia Arab dan sebagian lainnya dari dunia barat. Inilah yang mereka sebarluaskan tentang jihad Afghan. Sementara ketika di Paktia telah jatuh 24 pesawat tempur Rusia maka berita yang baik ini tidak pernah kami mendengarnya mereka membicarakannya. Dua ratus mujahidin berani menghadang ribuan tank, menghadapi ratusan pesawat tempur bahkan ada di antara mereka yang memberi makan kendaraan lapis baja itu dengan daging-daging mereka dan menyiraminya dengan darah-darah mereka, … sayang berita ini belum pernah terluncur dari mulut- mulut mereka kecuali ucapan “ mengapa mereka saling bentrok, mengapa masih terjadi amalan-amalan bid’ah di kalangan mereka, … “ padahal kondisi Afghanistan adalah tidak ada orang yang dapat memegang piring makannya baik-baik melainkan tentu bergetar karena banyaknya roket yang ditumpahkan dari langit, sedangkan jumlah mujahid sangatlah sedikit. Apa sebenarnya yang menjadi kekuatan mereka ? Siapa di antara pengeritik yang mampu berdiri sejajar dengan mereka yang sibuk di front jihad ? Merekalah yang telah memaksa orang-orang kafir mengulang kata-kata jihad dan mengembalikan kata mujahidin ke dalam kamus pergaulan manusia setelah lama dihapus dari percakapan. Meraka paksa kata jihad dan mujahidin termuat di jaringan televisi Amerika, surat kabar Prancis dan siaran radio Inggris.

Sungguh keliru manakala kita menuntut para mujahid yang bergerak di medan perang tidak boleh melakukan kesalahan dan ketergelinciran. Sungguh orang yang tidak tergelincir adalah orang yang duduk, orang yang diam di rumah. Orang yang mungkin tergelincir dan jatuh adalah orang yang bergerak.

Seorang mukmin apabila terperosok dalam kesalahan maka Alloh akan memaafkannya sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibnu Qoyyim : para ulama salaf dan kholaf telah bersepakat bahwasanya apabila kebajikan-kebajikan seseorang itu nampak dan kebaikannya menyebar luas di masyarakat demikian pula amar ma’rufnya maka orang tersebut tidak diperhitungkan kesalahan dan kekeliruannya.

Sebuah pertanyaan yang menjadi renungan : mana yang lebih baik, orang yang terjun ke pertempuran yang dengannya agama Alloh tegak, hancurnya orang kafir dan kehormatan umat islam terbela dengan orang yang duduk berpangku tangan sambil sibuk untuk mengorek kesalahan para mujahid dan menyebarkannya di tengah-tengah masyarakat ?