Petikan Nasehat Abdulloh Azzam
عَنْ ابن مسعود رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قال إن الصدق يهدي إِلَى البر وإن البر يهدي إِلَى الجنة؛ وإن الرجل ليصدق حتى يكتب عند اللَّه صديقا، وإن الكذب يهدي إِلَى الفجور وإن الفجور يهدي إِلَى النار؛ وإن الرجل ليكذب حتى يكتب عند اللَّه كذابا مُتَّفّقٌ عَلَيْهِ
Dari ibnu Mas’ud rodliyallohu anhu dari nabi shollallohu alaihi wasallam bersabda : sesungguhnya kejujuran mengajak kepada kebajikan, sesungguhnya kebajikan mengajak kepada aljannah. Sungguh seseorang yang senantiasa jujur dalam hidupnya hingga Alloh mencatatnya sebagai shiddiq. Sebaliknya sifat bohong akan mengajak kepada kejahatan dan kejahatan itu akan mengajak ke dalam neraka. Sungguh seseorang yang senantiasa bohong dalam hidupnya hingga Alloh mencatatnya sebagai kadzdzaab [muttafaq alaih]
Kejujuran adalah ciri khas para sahabat rodliyallohu anhum. Kita akan mudah mendapatkannya pada diri mereka. Sebaliknya terasa sangat sulit untuk mencari mereka yang memiliki sifat pembohong. Salah satu potret kejujuran itu ada pada Amir bin Abdul Qois.
Ia seorang Arab baduy. Yang terbiasa tidak memiliki bahan makanan cukup untuk kesehariannya. Tatkala berhasil merampas perhiasan milik raja Kisro pada perang melawan bangsa Persi, kemudian dia membawanya dan menaruhnya bersama dengan tumpukan harta rampasan lain di hadapan panglima Sa’ad bin Abi Waqosh.
Berkatalah Khozin (penjaga harta baitul mal) : sesungguhnya orang yang membawa tumpukan perhiasan ini adalah orang yang sangat dipercaya.
Amir bin Abdul Qois saat membawa tumpukan perhisan itu datang dengan menutup mukanya dengan surban. Ketika orang-orang menanyakan namanya, ia menjawab “ Aku tidak akan menyebutkan namaku kepada kalian karena aku takut kalian akan memujiku. Demi Alloh kalaulah bukan karena takut kepada Alloh dan kecintaan kepadaNya, aku tidak akan membawa perhiasan ini di hadapan kalian. Aku hanya ingin dipuji di sisi malaikat dan di sisi Rob semesta alam.
Gelang perhiasan milik raja Kisro saat itu terbilang sebagai mutiara yang tidak ternilai harganya, langka pada jamannya. Seorang lelaki yang tidak mendapat harta untuk kesehariannya selain sejumput kurma dan barangkali tidak mendapatkan harta selain itu, membawa harta perhiasan berharga milik raja Kisro untuk diserahkan kepada panglima operang Sa’ad bi Abi Waqosh.
Hingga saat perhiasan itu sampai pada Umar bin Khothob, teringatlah ia pada janji rosululloh shollallohu alaihi wasallam pada Suroqoh bin Malik ketika beliau hijrah ke Madinah. Umar berkata “ di mana Suroqoh bin Malik ? “ Datanglah Suroqoh bin Malik yang sudah tua dan bungkuk punggungnya menghadap Umar. Amirul mukminin berkata : ini adalah berita gembira dari rosululloh shollallohu alaihi wasallam untukmu. Tatkala engkau mengejarnya saat beliau hijrah ke Madinah dan engkau hendak membunuhnya. Lalu nabi shollallohu alaihi wasallam bertanya kepadamu : wahai Suroqoh, apa yang mendorongmu untuk melakukan itu ? Engkau menjawab seratus ekor unta bagi siapa yang dapat membunuh anda. Maka nabi bersabda : maukah engkau memiliki gelang perhiasan Kisro ? menangislah Umar bin Khothob saat menyerahkan gelang itu pada Suroqoh dan menangislah orang yang ada di sekitarnya.