ِKeamanan milik siapa ?

Petikan Nasehat Syaikh Abdulloh Azzam

Pernah suatu ketika seorang datang bertanya kepada seorang ulama (imam Ahmad) “ Wahai imam, saya takut kepada penguasa ! “ imam Ahmad berkata : jika hatimu sehat niscaya engkau tidak akan tidak akan takut kepada seorangpun. Bukankah Alloh berfirman :

وَكَيْفَ أخَافُ مَا أشْرَكْتُمْ وَلاَ تَخاَفُوْنَ أنَّكُمْ أشْرَكْتُمْ بِالله ماَلَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَاناً فَأيُّ الْفَرِيْقَيْنِ أحَقُّ بِالأَمْنِ إنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ الَّذِ يْنَ ءَامَنُوْا وَلَمْ يَلْبِسُوْا إيْماَنَهُمْ بِظُلْمٍ أولئِكَ لَهُمُ الأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُوْنَ

81. Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), Padahal kamu tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukanNya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak memperoleh keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?

82. Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. [al an’am : 81-82]

Sungguh aneh, kita takut kepada intel, penguasa kafir, tentara musuh di medan jihad, padahal berdasarkan ayat ini bila kita beriman kepada Alloh dan tidak mengotorinya dengan perbuatana syirik, niscaya Alloh akan limpahkan rasa aman kepada kita.

Sungguh aneh, di saat mereka tidak takut mempersekutukan Alloh, menginjak-injak syariatNya, memusuhi hamba-hambaNya dan mengisi kehidupannya dengan maksiat, semua mereka lakukan tanpa merasa khawatir dan was-was, akan tetapi di satu sisi kita begitu takutnya kepada mereka. Betapa banyak di antara kita tidak berani membela agama Alloh, menghadapi orang-orang yang memusuhi agamaNya. Lalu pertanyaan yang harus disampaikan : keamanan itu milik siapa ?

Kalau kita mau merujuk kepada ayat-ayat Alloh niscaya kita akan mendapatkan perbedaan antara kita dengan mereka sebagaimana firman Alloh di bawah ini :

فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْ بِالله فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُتْقَى

Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. [albaqoroh : 256]

مَثَلُ الَّذِيْنَ اتَّخََذُوْا مِنْ دُوْنِ الله أوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوْتِ اتَّخَذَتْ بَيْتاً وَإنَّ أوْهَنَ الْبُيُوْتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوْتِ لَوْ كاَنُوْا يَعْلَمُوْنَ

Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. dan Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.[al ankabut : 41]

Sungguh berbeda, kita yang berpegangan kepada tali al urwah al wutsqo (tali buhul yang kuat) sementara mereka berpegangan pada benang laba-laba. Apa yang bisa diperbuat dengan benang laba-laba ? Bila ada angin kencang atau kita ayunkan tangan kita padanya niscaya semua akan musnah.

Oleh karena itu, ketahuilah bahwa sehebat apapun penguasa di dunia ini kalau ternyata kafir kepada Alloh maka sebenarnya mereka sedang berpegangan kepada benang laba-laba. Lalu siapakah yang lebih kuat, kita atau mereka ?