Petikan Nasehat Abdulloh Azzam
عن أبي هريرة رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم طعام الاثنين كافي الثلاثة، وطعام الثلاثة كافي الأربعة مُتَّفَقٌ عَلَيهِ وفي رواية لمسلم عن جابر رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ عن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم قال طعام الواحد يكفي الاثنين ، وطعام الاثنين يكفي الأربعة، وطعام الأربعة يكفي الثمانية
Dari Abu Huroiroh rodliyallohu anhu bersabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam : dua makanan cukup untuk bertiga, tiga makanan cukup untuk berempat [muttafaq alaih] pada riwayat Muslim dari Jabir rodliyallohu anhu dari nabi shollallohu alaihi wasallam : satu makanan cukup untuk berdua, dua makanan cukup untuk berempat, empat makanan cukup untuk berdelapan
Kamal Assananiri yang telah ditunjuk oleh ikhwan-ikhwan sebagai mas’ul (ketua) mereka dalam penjara, menceritakan kepada saya bahwa ikhwan-ikhwan dalam penjara mempraktekkan betul rasa sepenanggungan sosial. Setiap ikhwan harus makan seperti yang lain. Mereka harus membelanjakan uang seperti yang lain, mereka harus minum seperti yang lain. Siapapun yang mendapat kiriman uang dari luar maka uang itu akan diserahkan kepada Kamal Asananiri. Ia akan mengeluarkan penggunaan uang itu untuk kepentingan bersama.
Pada suatu hari seorang ikhwan mendapat kiriman sebiji coklat (sebagaimana diketahui bahwa di dalam penjara, coklat sangatlah berarti) Coklat itu berpindah dari satu tangan ke tangan lain sampai tujuh orang banyaknya dan kembali lagi kepada orang yang pertamakali memberikannya.
Kamal Assananiri melanjutkan ceritanya : saya membandingkan antara ikhwan-ikhwan dengan orang-orang komunis dalam penjara. Mereka para pimpinan partai komunis yang terbongkar hendak melancarkan kudeta terhadap rezim Gamal Abdul Nasher. Akhirnya mereka ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. Andaikan kudeta berhasil tentu merekalah yang akan mememgang kekuasaan di Mesir.
Pada suatu hari ada seorang komunis yang dahulunya adalah dosen di sebuah universitas besar dan ternama. Istrinya membesuknya dan membawakan untuknya daging ayam, lalu ia menaruh daging itu di pangkal lengan bajunya lantas ia datang ke ruang sel ikhwan dan memakan daging itu jauh dari teman-temannya. Dia baru menemui kawan-kawannya setelah melahap habis daging ayam kiriman istrinya.
Orang-orang komunis itu merasa cemburu terhadap kesetiakawanan yang diperlihatkan para ikhwan. Mereka bermaksud mempraktekkan rasa sepenanggungan sosial di antara mereka. Di antara mereka ada yang merokok dan ada yang tidak merokok. Mereka berkata : apa yang harus kami lakukan ? kami bermaksud untuk menerapkan persamaan sosial di antara kami. Mereka berselisih pendapat, bagaimana yang harus mereka perbuat terhadap sebagian yang merokok dan sebagian yang tidak merokok. Lalu mereka mengangkat persoalan itu kepada saya. Lalu saya katakan : sebagai ganti dari 1 batang rokok maka yang tidak merokok mendapat segelas teh. Ternyata mereka menolak solusi yang saya ajukan, maka saya bertanya : bagaimana yang kalian inginkan ? mereka berkata : mereka yang tidak merokok harus merokok !
Aneh betul, mereka tidak mau merelakan saudara mereka sesama kafir meminum 1 gelas teh sebagai ganti rokok. Sungguh bila mereka nanti memimpin rakyat sementara harta kekayaan berada di tangan mereka, adakah mereka akan benar-benar menerapkan doktrin sosialisme atau malah akan mencuri uang rakyat untuk memenuhi syahwat mereka ?