petikan nasehat Abdulloh Azzam
Manakala jihad Afghan dikomentari dengan kata-kata miring oleh orang kafir, tentu sangatlah wajar. Akan tetapi kata-kata tidak bersahabat terlontar dari lesan seorang muslim, para tholibul ilmi bahkan masyayikhnya, sungguh sangatlah luar biasa.
Ketika para mujahid berjibaku mempertaruhkan nyawa demi membela bumi Alloh, menjaga kehormatan kaum muslimin, sementara di seberang sana dengan ringan tanpa bersalah, mereka lontarkan kata-kata “ kenapa para mujahidin masih berdzikir menggunakan tasbih ? bukankah itu bid’ah ? kenapa mereka memangkas janggut ? celana isbal (menjulur menutupi mata kaki) ? kenapa mereka kerap berselisih di antara mereka ? “
Imam Abu Hanifah pernah mengucapkan kata-kata yang masyhur “ sudah saatnya Abu Hanifah slonjor (menjulurkan kedua kakinya). Ceritanya demikian : adalah Abu Hanifah pernah duduk bersila di hadapan orang yang nampak berwibawa. Hal itu tampak dari penampilan pakaiannya. Memberi kesan seolah dia adalah seorang yang berilmu dan bertaqwa. Abu Hanifah terus menjaga kedua kakinya agar tetap tidak berubah dari posisinya sehingga membuat kedua kakinya pegal-pegal. Ia tidak berani menjulurkan kedua kakinya karena segan akan kewibawaannya. Sampai ketika lelaki itu mulai bicara dan diketahui bahwa ia adalah seorang jahil, maka berkatalah Abu Hanifah : sudah saatnya bagi Abu Hanifah menjulurkan kakinya.
Oleh karena itu sudah saatnya pula kita menjulurkan kedua kaki kepada orang-orang yang nampak seolah alim akan tetapi mulutnya busuk dengan ghibah dan namimah. Lebih sibuk menyebutkan aib-aib saudara sesama muslim akan tetapi tidak ada satupun kata-kata keras ditujukan kepada orang-orang kafir musuh umat islam sebenarnya.
Sungguh mendoakan para mujahid, memohonkan ampun atas dosa mereka jauh lebih baik, terlebih kita yang belum pernah melakukan apa yang mereka lakukan.
Betul, sebagian mereka tidak menghidup sedikit dari sunnah rosul (memelihara jenggot, menaikkan kain di atas kaki dan semisalnya) akan tetapi ingat !!! jihad adalah sunnah rosul juga !!! kini mereka sedang menghidupkannya di saat kita sedang melupakannya dan sibuk untuk mengumbar aib para penghidup sunnah yang lebih besar dari sekedar memanjangkan jenggot dan menaikkan kain di atas mata kaki.