Pakaian Yang Diridloi Alloh

Pakaian Yang Diridloi Alloh

Ibnu Taimiyyah mendefinisikan makna ibadah dengan : ismun jami’ (sesuatu yang memiliki cakupan luas) yang dicintai dan diridloi Alloh baik ucapan maupun perbuatan yang Nampak maupun tersembunyi.

Karena kita diciptakan oleh Alloh hanya untuk beribadah kepadaNya, maka semua aktifitas keseharian sudah seharusnya ditujukan untuk membuat Alloh cinta dan ridlo kepada kita. Tak terkecuali dalam hal berpakaian.

Ada beberapa pakaian yang kalau kita kenakan akan mengundang ridlo Alloh dan rosulNya, di antaranya :

1. gamis

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ كَانَ أَحَبُّ الثِّيَابِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقَمِيصَ

Dari Ummu Salamah ia berkata, "Pakaian yang paling disukai oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah gamis. "[HR Abu Daud dan Tirmidzi]

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ لَمْ يَكُنْ ثَوْبٌ أَحَبَّ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ قَمِيصٍ

Dari Ummu Salamah ia berkata, "Tidak ada pakaian yang paling disukai oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selain gamis" [HR Abu Daud, Tirmidzi dan ibnu Majah]

2. Pakaian tawadlu

عَنْ سَهْلِ بْنِ مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ الْجُهَنِيِّ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ تَرَكَ اللِّبَاسَ تَوَاضُعًا لِلَّهِ وَهُوَ يَقْدِرُ عَلَيْهِ دَعَاهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ مِنْ أَيِّ حُلَلِ الْإِيمَانِ شَاءَ يَلْبَسُهَا هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ وَمَعْنَى قَوْلِهِ حُلَلِ الْإِيمَانِ يَعْنِي مَا يُعْطَى أَهْلُ الْإِيمَانِ مِنْ حُلَلِ الْجَنَّةِ

Dari Sahal bin Mu'adz bin Anas Al Juhani dari ayahnya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda : "Barangsiapa meninggalkan pakaian (mewah) karena tawadlu kepada Allah padahal ia mampu, Allah akan memanggilnya pada hari kiamat di hadapan semua makhluk hingga Ia mempersilahkan untuk memilih pakaian dari perihasan mana saja yang ia mau. " Hadits ini hasan dan makna sabda: "Perhiasan iman" adalah perhiasan surga yang diberikan kepada ahli iman [HR Tirmidzi]

Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin menerangkan bahwa pakaian tawadlu adalah pakaian yang wajar di tengah-tengah manusia sehingga dengan pakaian itu ia tidak ada peluang untuk membanggakan diri di hadapan manusia di sisi lain merekapun tidak tersakiti hati mereka dengan pakaian yang kita kenakan

3. Pakaian yang bagus

عَنْ عَبْدِ الله بنِ عَبَّاسٍ قَالَ لَمَّا خَرَجَتْ الْحَرُورِيَّةُ أَتَيْتُ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَقَالَ ائْتِ هَؤُلَاءِ الْقَوْمَ فَلَبِسْتُ أَحْسَنَ مَا يَكُونُ مِنْ حُلَلِ الْيَمَنِ قَالَ أَبُو زُمَيْلٍ وَكَانَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَجُلًا جَمِيلًا جَهِيرًا قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ فَأَتَيْتُهُمْ فَقَالُوا مَرْحَبًا بِكَ يَا ابْنَ عَبَّاسٍ مَا هَذِهِ الْحُلَّةُ قَالَ مَا تَعِيبُونَ عَلَيَّ لَقَدْ رَأَيْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ مَا يَكُونُ مِنْ الْحُلَلِ

Dari Abdullah bin Abbas ia berkata, "Ketika orang-orang Haruri keluar, aku menemui Ali radliallahu 'anhu. Lalu ia berkata, 'Datangilah orang-orang (Haruri) itu. ' Maka aku mengenakan pakaian terbaik yang dimiliki bangsa Yaman. " Abu Zumail berkata, "Ibnu Abbas adalah seorang laki-laki yang sangat tampan dan enak dipandang. Ibnu Abbas berkata, "Lantas aku mendatangi orang-orang itu, mereka berkata, "Selamat datang wahai Ibnu Abbas, ini pakaian apa! " Ibnu Abbas menjawab, "Kenapa kalian mencelaku! Sungguh, aku pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengenakan pakaian yang sangat bagus [HR Bukhori, Muslim dan Abu Daud]

عَنْ قَتَادَةَ قَالَ قُلْنَا لِأَنَسٍ يَعْنِي ابْنَ مَالِكٍ أَيُّ اللِّبَاسِ كَانَ أَحَبَّ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ أَعْجَبَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْحِبَرَةُ

Dari Qatadah ia berkata, "Kami berkata kepada Anas -maksudnya Anas Ibnu Malik-, "Baju apa yang paling disukai atau dikagumi oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam? " ia menjawab, "Kain hibarah (yaitu kain halus yang berasal dari yaman menurut orang-orang yaman ini adalah kain terbaik [HR Bukhori, Muslim dan Abu Daud]

عَنْ أَبِي الْأَحْوَصِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي ثَوْبٍ دُونٍ فَقَالَ أَلَكَ مَالٌ قَالَ نَعَمْ قَالَ مِنْ أَيِّ الْمَالِ قَالَ قَدْ آتَانِي اللَّهُ مِنْ الْإِبِلِ وَالْغَنَمِ وَالْخَيْلِ وَالرَّقِيقِ قَالَ فَإِذَا آتَاكَ اللَّهُ مَالًا فَلْيُرَ أَثَرُ نِعْمَةِ اللَّهِ عَلَيْكَ وَكَرَامَتِهِ

Dari Abu Al Ahwash dari Bapaknya ia berkata, "Aku mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan baju yang lusuh. Maka beliau bertanya : "Apakah engkau mempunyai harta? " Ia menjawab, "Ya. " beliau bertanya lagi : "Harta apa saja? " ia menjawab, llah telah memberiku unta, kambing, kuda dan budak." Beliau bersabda : "Jika Allah memberimu harta maka tampakkanlah wujud dari nikimat-Nya dan pemberian-Nya itu pada dirimu. [HR Abu Daud dan Nasa’i]

Al Allamah Abu Thoyyib Muhammad Symasul Haq Al ‘Adzim Al Abaadi berkata : makna hadits ini adalah perintah mengenakan pakaian yang bagus supaya manusia mengetahui bahwa kita berkecukupan dan Alloh telah memberikan ni’mat kepada kita dengan berbagai macam ni’mat.

Pakaian yang bagus biasa dikenakan oleh rosululloh shollallohu alaiahi wasallam saat idul fitri dan idul adha, hari jumat, menerima tamu-tamu terutama raja-raja kafir
4. Pakaian berwarna putih

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْبَسُوا مِنْ ثِيَابِكُمْ الْبَيَاضَ فَإِنَّهَا مِنْ خَيْرِ ثِيَابِكُمْ وَكَفِّنُوا فِيهَا مَوْتَاكُمْ وَإِنَّ خَيْرَ أَكْحَالِكُمُ الْإِثْمِدُ يَجْلُو الْبَصَرَ وَيُنْبِتُ الشَّعْرَ

Dari Ibnu Abbas ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Pakailah warna putih untuk pakaian kalian, sebab ia sebaik-baik pakaian untuk kalian. Dan kafanilah orang-orang yang meninggal dari kalian dengannya. Dan sebaik-baik celak kalian adalah Al Itsmid, ia dapat mempertajam pandangan dan menumbuhkan rambut [HR Bukhori, Muslim dan Abu Daud]

Al Allamah Abu Thoyyib Muhammad Symasul Haq Al ‘Adzim Al Abaadi berkata : pakaian berwarna putih lebih menunjukkan tawadlu, menjauhkan diri dari sikap sombong, tinggi hati dan sikap bangga.

Maroji’ :

Syarh Riyadlush Sholihin, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin 2/1109
Aunul Ma’bud, Al Allamah Abu Thoyyib Muhammad Symasul Haq Al ‘Adzim Al Abaadi 7/183