Akibat Mempermainkan Rukhshoh

Akibat Mempermainkan Rukhshoh

Alloh Maha Mengetahui apa yang ada dalam hati manusia. Seorang bisa berdusta di hadapan manusia akan tetapi itu tidak mungkin ia lakukan terhadap Alloh.

Rukhshoh sering dipermainkan, maka Allohpun menyingkap hakekat jati diri mereka. Di bawah ini beberapa riwayat yang bisa kita jadikan renungan untuk tidak mempermainkan kemurahan Alloh :
Kasus Ja’d bin Qois dalam perang tabuk

وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُوْلُ ائْذَنْ لِي وَلاَ تَفْتِنِّي ألاَ فِى الْفِتْنَةِ سَقَطُوْا وَإنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيْطَةٌ بِالْكاَفِرِيْنَ

Di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah." ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. dan Sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir. [attaubah : 49]

Ibnu Katsir meriwayatkan asbabun nuzul ayat ini bahwa ketika rosululloh shollallohu alaihi wasallam mengajak umat islam berperang melawan bani Asfar pada perang Tabuk, Ja’d bin Qois berkata : ya rosulalloh perkenankan aku untuk tidak ikut berperang dan jangan jerumuskan aku ke dalam fitnah. Demi Alloh, kaumku sudah mengetahui bahwa tidak ada orang yang melebihi kesukaannya terhadap wanita daripada diriku. Aku khawatir, bila aku melihat wanita bani Ashfar aku tidak dapat menahan hasrat yang ada pada diriku. Rosulullohpun berpaling dari dirinya dan bersabda : aku ijinkan engkau, akhirnya turunlah ayat ini.

Sungguh alasan yang menakjubkan, maksud hati ingin ghodl dlul bashor (menjaga pandangan dari wanita) akan tetapi meninggalkan jihad dimana alasan itu hanya dibuat-buat untuk menghindari jihad hingga Alloh menyingkap rahasianya.

Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di berkata : maksud dari Ja’d (semoga Alloh memburukkannya) sebenarnya karena riya’ dan kemunafikan. Ja’d menerangkan kepada nabi shollallohu alaihi wasallam bahwa saya bermaksud baik, keluarku untuk jihad akan mengundang fitnah dan bahaya pada diriku. Dengan tidak ikut sertanya diriku berarti menjaga diriku dari perbuatan dosa. Allohpun menyangkanlnya dengan berfirman “ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah “ sesungguhnya bila ucapan orang ini jujur maka sebenarnya ketidak ikut sertaannya dalam jihad itu merupakan kerusakan yang besar dan fitnah dahsyat yang jelas. Itu merupakan maksiat terhadap Alloh dan rosulNya, keberanian untuk menerjang dosa besar. Adapun bila ia ikut keluar berperang maka sebenarnya mafsadatnya sangat kecil bila dibandingkan dengan absennya dalam tugas jihad.
Uwais bin Qoidzi dalam perang khondaq

وَإذْقاَلَتْ طاَئِفَةٌ مِنْهُمْ يأهْلَ يَثْرِبَ لاَمُقاَمَ لَكُمْ فَارْجِعُوْا وَيَسْتَأْذِنُ فَرِيْقٌ مِنْهُمْ النَّبِيّ يَقُوْلُوْنَ إنَّ بُيُوْتَناَ عَوْرَةٌ وَماَهِيَ بِعَوْرَةٍ إنْ يُرِيْدُوْنَ إلاَّ فِرَارًا

Dan (ingatlah) ketika segolongan di antara mereka berkata: "Hai penduduk Yatsrib (Madinah), tidak ada tempat bagimu, Maka Kembalilah kamu". dan sebahagian dari mereka minta izin kepada Nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata : "Sesungguhnya rumah-rumah Kami terbuka (tidak ada penjaga)". dan rumah-rumah itu sekali-kali tidak terbuka, mereka tidak lain hanya hendak lari. [al ahzab : 13]

Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi berkata : mereka meminta izin untuk tidak berperang sehingga bisa pulang ke rumah mereka di kota Madinah dengan alasan rumah mereka terbuka di hadapan musuh sehingga terancam keamanan mereka padahal alasan itu hanya bertujuan untuk menghindari perang
Kasus orang yang berulangkali lupa makan di siang hari bulan romadlon
Lupa bagian dari udzur, artinya bila kesalahan dilakukan atas dasar lupa maka Alloh memaafkan pelakunya. Termasuk lupa makan di siang hari di bulan romadlon sebagaimana hadits di bawah ini :

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( مَنْ نَسِيَ وَهُوَ صَائِمٌ, فَأَكَلَ أَوْ شَرِبَ, فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ, فَإِنَّمَا أَطْعَمَهُ اَللَّهُ وَسَقَاهُ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa lupa bahwa ia sedang shaum, lalu ia makan dan minum, hendaknya ia meneruskan puasanya, karena sesungguhnya ia telah diberi makan dan minum oleh Allah." [Muttafaq Alaihi]
Manakala lupa berulangkali, maka islam tidak memaklumi karena rukhshoh tidak Alloh berikan untuk dipermainkan sehingga Abdurrozaq yang dikutip oleh Imam Shon’ani meriwayatkan : bahwa ada seseorang datang kepada Abu Huroiroh dan berkata “ pagi ini aku shoum, aku lupa dan makan. Abu Huroiroh berkata : tidak mengapa. Ia berkata lagi : aku masuk menemui seseorang dan lupa lagi sehingga aku kembali makan. Abu Huroiroh berkata : engkau manusia yang belum pantas membiasakan diri untuk shoum “

Maroji’ :

Taisir Karim Arrohman, Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di 1/529-530
Tafsir Alquran Al’adzim, Abu Fida Ibnu Katsir 2/441
Aisaruttafasir, Syaikh Abu bakar Jabir Aljazairi hal 1203
Subulussalam, Imam Shon’ani 2/161
Tafsir Jalalain, Al ‘Allamah Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Almahalli dan Al ‘Allamah Jalaluddin Abdurrohman bin Abi Bakr Assuyuthi hal 27