Ibnu Qoyyim berkata : berapa banyak orang yang begitu mudah menjaga dirinya dari memakan makanan yang haram, melakukan kezaliman, berzina, mencuri, minum khomr dan melihat sesuatu yang diharamkan dan lainnya, akan tetapi ternyata ia mengalami kesulitan untuk menjaga lisannya dari ucapan yang dilarang (ghibah, namimah dll)
Hingga seseorang yang dikenal dengan kekokohan agamanya, ibadah dan kezuhudannya, tanpa ia sadari mengucapkan banyak kalimat yang dimurkai Alloh, justru ia terperosok ke dalam neraka yang kedalamannya melebihi jauhnya antar barat dan timur :
إنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ ماَ يَتَبَيَّنُ ماَ فِيْهاَ يَهْوِى بِهاَ فِى النَّارِ أبْعَدَ ماَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
Sesungguhnya seorang hamba, berbicara dengan satu kata yang belum jelas kedudukannya, menyebabkan ia masuk ke dalam neraka yang ke dalamannya lebih jauh antara timur dan barat [HR Muslim]
كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا فَقُلْتُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ فَقَالَ ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ
Tahanlah (lidah) mu ini. Aku (Muadz bin Jabal) bertanya : Wahai Nabi Allah, (Apakah) sungguh kita akan diadzab disebabkan oleh perkataan yang kita ucapkan ? Beliau menjawab; (Celakalah kamu) ibumu kehilanganmu wahai Mu'adz, Tidaklah manusia itu disunggkurkan ke dalam neraka di atas muka atau hidung mereka melainkan karena hasil ucapan lisan mereka [HR Tirmidzi]
Bukankan tanpa sengaja, disaat sedikit isu terdengar perihal perbuatan seseorang, kitapun berkomentar “ nggak nyangka, ya ? ternyata ….. “ padahal dengan perkataan itu kita sedang mengangka.
Maroji’ : adda’ waddawa’, Ibnu Qoyyim Aljauziyyah hal 226-227