Seorang anak yang gemar berbuat maksiat, membuat jengkel kedua orang tuanya. Berbagai cara sudah dilakukan untuk membuat anak sadar dan bertaubat. Ketika sudah berputus asa, akhirnya sang ayah berkata kepada anaknya : Wahai anakku, ayah sudah sering menasehatimu, akan tetapi hanya penentangan yang aku dapati dari dirimu. Sekarang terserah engkau, teruskan perbuatanmu. Ayah tidak akan menegurmu lagi selain setiap perbuatan maksiat itu engkau lakukan maka ayah akan menancapkan satu paku di dinding ini.
Mendengar nasehat yang begitu halus dan bersahaja ini sang anak tetap tidak bergeming. Akhirnya hari-hari ia terus penuhi dengan dosa sementara sang ayah menancapkan satu buah paku ke dinding manakala terlihat pada sang anak perbuatan maksiat.
Tak terasa dinding sudah penuh dengan paku. Sang anak tertegun. Ia baru menyadari bahwa dosa sudah memenuhi catatan amalnya. Rasa takutpun diam-diam masuk pada hatinya. Sedikit-demi sedikit ia mengurangi perbuatan maksiat dan menggantinya dengan amal sholih. Ia mulai menampakkan dirinya di masjid, majlis ta’lim dan tempat lainnya.
Melihat kesalehan tampak pada diri sang buah hati, sang ayah mulai mencabuti satu persatu paku yang sudah tertancap di dinding. Setiap satu kesalehan tampak pada si anak maka sebuah paku dicabut, hingga akhirnya semua paku sudah terlepas dari dinding.
Bukan main gembira orang tua. Dengan tercabutnya semua paku berarti anak sudah kembali ke jalan benar sesuai dengan yang diinginkan orang tua. Akan tetapi justru tangisan yang mengalir dari mata sang anak.
Orang tua bertanya keheranan : Wahai anakku, kenapa engkau menangis ? Bukankah engkau seharusnya berbahagia ? Paku-paku yang di dinding ini semua sudah tercabut, bukankah ini tanda engkau sudah jauh dari perbuatan dosa ? Sang anak menjawab : benar wahai ayah, paku sudah tercabut akan tetapi bekas-bekas dari paku masih terlihat jelas. Ini artinya dosa bisa saja telah hilang akan tetapi bekas-bekas dari perbuatanku tidak hilang.
Demikianlah bekas dosa tidaklah hilang meski yang bersangkutan telah bertaubat dengan taubatan nashuha (taubat yang sebenar-benarnya)
Seorang mabuk yang sudah insaf, maka pengaruh minuman khomr akan tetap ada pada lambung, hati dan organ tubuh lainnya sehingga mengganggu kesehatan tubuhnya.
Orang kafir yang masuk islam, sedikit banyak pemahaman kekafirannya tidak bisa hilang begitu saja. Orang islam yang masuk islam setelah fathu Mekah, di saat pergi berangkat dalam perang Hunain meminta kepada rosululloh shollallohu alaihi wasallam izin untuk menggantungkan pedang-pedang mereka di pohon bidara agar mendapat berkah. Demikianlah rata-rata kondisi muallaf yang masuk islam. Orang kejawen, orang barat, orang yahudi setelah meninggalkan agamanya ternyata masih terselip sisa-sisa aqidahnya tempo dulu.
Para pembunuh dan perampok yang sudah kembali ke jalan benar, meninggalkan luka-luka di hati korban-korbannya. Anaknya yang menjadi yatim, istri yang menjanda dan kehilangan harta yang belum tentu dikembalikan si mantan napi.
Demikianlah dosa akan selalu meninggalkan bekas. Jejak itu tidak bisa hilang. Maka jangan sekali-kali melakukan perbuatan dosa.