Hukum Merubah (20)

Musim Hujan

Di saat musim kemarau berkepanjangan, sumber mata air mengering, pepohonan layu, cuaca terasa panas dan tentu ini mengurangi kenyamanan hidup. Sejumlah usaha agar hujan turun dilakukan. Pembuatan hujan buatan dan sholat istisqo dilaksanakan. Tak lupa zakat dan sedekah serta memperbanyak istighfar digalakkan, karena keduanya adalah solusi yang tidak bisa dilupakan selain sholat istisqo demi datangnya hujan.
Akan tetapi bisa saja ketika akhirnya hujan turun, karena volume air terlalu banyak, turun tiap hari yang menyebabkan banjir dan banyak tanam-tanaman rusak, kita memohon kepada Alloh agar turunnya hujan dirubah dengan cara dialihkan ke tempat lain sebagaimana yang pernah dipinta oleh seorang A’robiy :

عَنْ شَرِيك بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي نَمِرٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَذْكُرُ أَنَّ رَجُلًا دَخَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ مِنْ بَابٍ كَانَ وِجَاهَ الْمِنْبَرِ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمٌ يَخْطُبُ فَاسْتَقْبَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمًا فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكَتْ الْمَوَاشِي وَانْقَطَعَتْ السُّبُلُ فَادْعُ اللَّهَ يُغِيثُنَا قَالَ فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْهِ فَقَالَ اللَّهُمَّ اسْقِنَا اللَّهُمَّ اسْقِنَا اللَّهُمَّ اسْقِنَا قَالَ أَنَسُ وَلَا وَاللَّهِ مَا نَرَى فِي السَّمَاءِ مِنْ سَحَابٍ وَلَا قَزَعَةً وَلَا شَيْئًا وَمَا بَيْنَنَا وَبَيْنَ سَلْعٍ مِنْ بَيْتٍ وَلَا دَارٍ قَالَ فَطَلَعَتْ مِنْ وَرَائِهِ سَحَابَةٌ مِثْلُ التُّرْسِ فَلَمَّا تَوَسَّطَتْ السَّمَاءَ انْتَشَرَتْ ثُمَّ أَمْطَرَتْ قَالَ وَاللَّهِ مَا رَأَيْنَا الشَّمْسَ سِتًّا ثُمَّ دَخَلَ رَجُلٌ مِنْ ذَلِكَ الْبَابِ فِي الْجُمُعَةِ الْمُقْبِلَةِ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمٌ يَخْطُبُ فَاسْتَقْبَلَهُ قَائِمًا فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكَتْ الْأَمْوَالُ وَانْقَطَعَتْ السُّبُلُ فَادْعُ اللَّهَ يُمْسِكْهَا قَالَ فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْهِ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالْآجَامِ وَالظِّرَابِ وَالْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ قَالَ فَانْقَطَعَتْ وَخَرَجْنَا نَمْشِي فِي الشَّمْسِ

Dari Syarik bin 'Abdullah bin Abu Namir bahwa dia mendengar Anas bin Malik menceritakan, bahwa ada seorang laki-laki masuk ke dalam Masjid pada hari Jum'at dari pintu yang berhadapan dengan mimbar, sedangkan saat itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sedang menyampaikan khutbah. Orang itu kemudian menghadap ke arah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam serata berkata, Wahai Rasulullah, harta benda telah habis dan jalan-jalan terputus. Maka mintalah kepada Allah agar menurunkan hujan buat kami ! Anas berkata, Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengangkat kedua tangannya seraya berdoa : Ya Allah berilah kami hujan, Ya Allah berilah kami hujan, Ya Allah berilah kami hujan. Anas melanjutkan kisahnya, Demi Allah, sebelum itu kami tidak melihat sedikitpun awan baik yang tebal maupun yang tipis. Juga tidak ada antara tempat kami dan bukit itu rumah atau bangunan satupun. Tiba-tiba dari bukit itu tampaklah awan bagaikan perisai. Ketika sudah membumbung sampai ke tengah langit, awan itupun menyebar dan hujan pun turun. Anas melanjutkan, demi Allah, sungguh kami tidak melihat matahari selama enam hari. Kemudian pada Jum'at berikutnya, orang itu masuk kembali dari pintu yang sama dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sedang berdiri menyampaikan khutbahnya. Kemudian orang itu menghadap beliau seraya berkata, Wahai Rasulullah, harta benda telah binasa dan jalan-jalanpun terputus. Maka mintalah kepada Allah agar menahan hujan ! Anas berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lantas mengangkat kedua tangannya seraya berdoa : Ya Allah turunkanlah hujan di sekitar kami saja dan jangan membahayakan kami. Ya Allah turunkanlah di atas bukit-bukit, gunung-gunung, bendungan air (danau), dataran tinggi, jurang-jurang yang dalam serta pada tempat-tempat tumbuhnya pepohonan. Anas berkata, Maka hujan berhenti. Kami lalu keluar berjalan-jalan di bawah sinar matahari [HR Bukhori, Muslim, Abu Daud dan Nasa’i]

Dari hadits ini kita mendapat pelajaran bahwa bila kita menginginkan agar hujan yang turun di daerah kita berubah dan dialihkan oleh Alloh ke tempat lain maka dianjurkan untuk berdoa kepada Alloh :

اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالْآجَامِ وَالظِّرَابِ وَالْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ

Ya Allah turunkanlah di atas bukit-bukit, gunung-gunung, bendungan air (danau), dataran tinggi, jurang-jurang yang dalam serta pada tempat-tempat tumbuhnya pepohonan.

Ibnu Hajar Al Atsqolani berkata : barangsiapa yang Alloh anugerahkan nikmat (semisal hujan) agar tidak menggerutu dengan datangnya kesulitan yang mengiringi turunnya nikmat, akan tetapi hendaknya memohon kepada Alloh agar Alloh mengangkat kesulitan itu dan tetapnya keberadaan nikmat itu.
Imam Nawawi berkata : dianjurkan memohon kepada Alloh agar menghentikan hujan yang menimpa daerah tempat tinggal bila turunnya terlalu banyak dan menimbulkan madlorot

Maroji’ :

Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Atsqolani 2/625
Syarh Shohih Muslim, Imam Nawawi 6/205