Hukum Merubah (21)

Pengakuan

Berbuat dosa dan mengakui apa yang dilakukan lalu dengan jujur menyampaikannya ke mahkamah sehingga ia mendapat hukuman dunia adalah sikap terpuji yang sudah banyak hilang di negeri kita. Akan tetapi begitu mudahnya kita mendapatkannya pada jaman rosululloh shollallohu alaihi wasallam.
Seorang wanita Juhainah dan Ma’iz bin Malik dengan jujur menyampaikan bahwa dirinya telah melakukan perbuatan zina sehingga keduanya menghadapi hukum rajam.

Seorang lelaki yang tidak disebut namanya membuat pernyataan berulang tiga kali tentang pencurian yang telah dia lakukan. Dari pengakuannya menyebabkan ia terpotong tangannya.
Kaab bin Malik, Muroroh bin Robi’ dan Hilal bin Umayyah tidak mengikuti kelakuan orang munafiq yang berbohong dengan menyampaikan berbagai alasan tentang ketidak ikut sertaan dalam perang Tabuk. Ketiganya jujur dan kemudian menghadapi hukuman hajr (pemboikotan) selama 50 hari dari rosululloh shollallohu alaihi wasallam dan para sahabat.
Pengakuan bisa saja terjadi dari kesadaran pelaku kejahatan atau tekanan dari tim penyidik (berupa penyiksaan dan ancaman serta iming-iming harta) sehingga tidak menutup kemungkinan ia akan mencabutnya di kemudian hari.

Dalam hal ini islam membuka pintu pencabutan pengakuan karena islam memiliki prinsip asas praduga tak bersalah. Hal ini berdasar pada kisah di sebuah hadits :

عَنْ يَزِيد بْن نُعَيْمِ بْنِ هَزَّالٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كَانَ مَاعِزُ بْنُ مَالِكٍ يَتِيمًا فِي حِجْرِ أَبِي فَأَصَابَ جَارِيَةً مِنْ الْحَيِّ فَقَالَ لَهُ أَبِي ائْتِ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبِرْهُ بِمَا صَنَعْتَ لَعَلَّهُ يَسْتَغْفِرُ لَكَ وَإِنَّمَا يُرِيدُ بِذَلِكَ رَجَاءَ أَنْ يَكُونَ لَهُ مَخْرَجًا فَأَتَاهُ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي زَنَيْتُ فَأَقِمْ عَلَيَّ كِتَابَ اللَّهِ فَأَعْرَضَ عَنْهُ فَعَادَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي زَنَيْتُ فَأَقِمْ عَلَيَّ كِتَابَ اللَّهِ فَأَعْرَضَ عَنْهُ فَعَادَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي زَنَيْتُ فَأَقِمْ عَلَيَّ كِتَابَ اللَّهِ حَتَّى قَالَهَا أَرْبَعَ مِرَارٍ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّكَ قَدْ قُلْتَهَا أَرْبَعَ مَرَّاتٍ فَبِمَنْ قَالَ بِفُلَانَةٍ فَقَالَ هَلْ ضَاجَعْتَهَا قَالَ نَعَمْ قَالَ هَلْ بَاشَرْتَهَا قَالَ نَعَمْ قَالَ هَلْ جَامَعْتَهَا قَالَ نَعَمْ قَالَ فَأَمَرَ بِهِ أَنْ يُرْجَمَ فَأُخْرِجَ بِهِ إِلَى الْحَرَّةِ فَلَمَّا رُجِمَ فَوَجَدَ مَسَّ الْحِجَارَةِ جَزِعَ فَخَرَجَ يَشْتَدُّ فَلَقِيَهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أُنَيْسٍ وَقَدْ عَجَزَ أَصْحَابُهُ فَنَزَعَ لَهُ بِوَظِيفِ بَعِيرٍ فَرَمَاهُ بِهِ فَقَتَلَهُ ثُمَّ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ فَقَالَ هَلَّا تَرَكْتُمُوهُ لَعَلَّهُ أَنْ يَتُوبَ فَيَتُوبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وفى رواية فَهَلَّا تَرَكْتُمُوهُ وَجِئْتُمُونِي بِهِ لِيَسْتَثْبِتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهُ فَأَمَّا لِتَرْكِ حَدٍّ فَلَا قَالَ فَعَرَفْتُ وَجْهَ الْحَدِيثِ

Dari Yazid bin Nu'aim bin Hazzal dari Bapaknya ia berkata, Ma'iz bin Malik adalah seorang anak yatim yang diasuh oleh bapakku. Dan ia pernah berzina dengan seorang budak wanita dari suatu kampung. Bapakku lalu berkata kepadanya, Datanglah kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, kabarkan kepada beliau dengan apa yang telah engkau lakukan, semoga saja beliau mau memintakan ampun untukmu. Hanyasanya ayahku menginginkan hal itu agar Maiz mendapatkan jalan keluar, lalu ia bergegas menemui Rasulullah. Ma'iz lantas berkata, Wahai Rasulullah, aku telah berzina, maka laksanakanlah hukum Kitabullah terhadapku ! Beliau berpaling darinya. Maka Ma'iz mengulangi lagi, Wahai Rasulullah, aku telah berzina, maka laksanakanlah hukum Kitabullah terhadapku ! Beliau berpaling. Ma'iz mengulanginya lagi, Wahai Rasulullah, aku telah berzina, maka laksanakanlah hukum Kitabullah terhadapku ! Ia ulangi hal itu hingga empat kali. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kemudian bersabda : Engkau telah mengatakannya hingga empat kali, lalu dengan siapa kamu melakukannya ? Ma'iz menjawab, Dengan Fulanah. Beliau bertanya lagi : Apakah menidurinya ? Ma'iz menjawab, Ya. beliau bertanya lagi : Apakah kamu menyentuhnya ? Ma'iz menjawab, Ya. beliau bertanya lagi: Apakah kamu menyetubuhinya ? Ma'iz menjawab, Ya. Akhirnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan untuk merajamnya. Ma'iz lantas dibawa ke padang pasir, maka ketika ia sedang dirajam dan mulai merasakan sakitnya terkena lemparan batu, ia tidak tahan dan lari dengan kencang. Namun ia bertemu dengan Abdullah bin Unais, orang-orang yang merajam Ma'iz sudah tidak sanggup lagi (lelah), maka Abdullah mendorongnya dengan tulang unta, ia melempari Ma'iz dengan tulang tersebut hingga tewas. Kemudian Abdullah menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan menyebutkan kejadian tersebut, beliau bersabda : Kenapa kalian tidak membiarkannya, siapa tahu ia bertaubat dan Allah menerima taubatnya pada riwayat lain disebutkan : Kenapa kalian tidak biarkan saja, lalu kalian bawa ia kemari ? Hal itu beliau lakukan untuk mendapat kepastian darinya, bukan untuk melepaskan hukuman had [HR Abu Daud]

Syaikh Abu Malik ibnu Sayyid Salim berkata : jumhur ulama berpendapat bahwa orang yang ruju’ (mencabut pengakuan) yang dengannya ia akan lepas dari tuntutan hukuman dan iapun dibiarkan melarikan diri dengan harapan ia akan kembali lagi.

Maroji’ :

Fiqh Sunnah, Sayyid Sabiq 2/352
Shohih Fiqh Sunnah, Syaikh Abu Malik ibnu Sayyid Salim 4/8
Aunul Ma’bud, Abu Thoyyib Muhammad Syamsul Haq Al ‘Adzim Abadi 7/491