Hukum Merubah (6)

Nikmat Menjadi Bencana

Sebuah negeri yang aman dan damai. Tanah subur menghasilkan berbagai tanaman yang beraneka ragam. Udara yang segar membuat siapapun akan nyaman tinggal di negeri itu. Apa jadinya bila tiba-tiba semuanya sirna. Rasa aman berubah menjadi huru-hara. Bumi tidak mengeluarkan keberkahannya sementara bencana alam datang silih berganti.
Kenapa ini bisa terjadi ? Bila ditanyakan kepada Alloh maka kita akan mendapat jawaban bahwa itu semua karena perbuatan dosa. Bila nikmat tidak dibalas dengan taat yang justru menggantinya dengan maksiat maka Alloh akan membalasnya dengan adzab. Demikianlah perubahan terjadi lebih disebabkan oleh manusia sebagaimana Alloh ingatkan :

ذَالِكَ بِأَنَّ الله لَمْ يَكُ مُغَيِّراً نِّعْمَةً أنْعَمَهاَ عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوْا ماَ بِأَنْفُسِهِمْ

Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri [al anfal : 53]

Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di berkata : sesungguhnya Alloh tidak akan merubah nikmatNya atas satu kaum baik nikmat din dan dunia bahkan akan terus memberikannya dan menambahkannya bila mereka menambahnya dengan syukur. Bila mereka beralih dari ketaatan menuju maksiat lalu mengkufuri nikmat Alloh dan menggantinya dengan kekafiran maka Alloh akan merampas karunianya dan menggantinya dengan adzab berbanding lurus dengan sikap mereka yang telah merubah diri mereka sendiri.

إنَّ الله لاَ يُغَيِّرُ ماَ بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوْا ماَ بِأَنْفُسِهِمْ

Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. [arro’du : 11]

Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di berkata : sesungguhnya Alloh tidak akan merubah kenikmatan dan kenyamanan hidup hingga mereka berpindah dari iman kepada kufur, taat kepada maksiat dan syukur kepada kesombongan, pada saat itu Alloh akan merampas itu semua dari mereka.
Apakah negeri kita seperti itu ?

Maroji’ :

Taisir Karum Arrohman, Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di 1/504 dan 655