Hukum Merubah (7)

Pesimis Menjadi Optimis

Pesimis yang sering disebut dengan tathoyyur atau tasyaum adalah tanda rendahnya tekad, lemahnya iman dan tidak teguhnya pendirian. Ia menafikan tauhid dan hukumnya tentu haram. Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin menyebut tiga sebab dan dua akibat dari tathoyyur. Sebab munculnya tathiyyur adalah :

1. Dengan sesuatu yang dilihat

Seperti orang melihat burung tertentu, akhirnya nyalinya ciut karena menurut persepsi dia burung itu pertanda kesialan.
2. Dengan sesuatu yang didengar

Di saat akan melakukan sesuatu, ada seseorang yang mengatakan “ wah itu tidak mungkin anda lakukan ! Mustahil itu terjadi ! “ dan perkataan lainnya yang menyebabkan setelah itu semangatnya mengendor.

3. Dengan sesuatu yang sudah diketahui oleh banyak masyarakat

Seperti mitos angka tiga belas, malam jumat kliwon, bulan muharrom yang sering disebut oleh masyarakat jawa dengan sasi suro dan lainnya.

Ketika salah satu dari ketiga di atas menghinggapi kita maka yang akan terjadi adalah mungkin kita akan mengurungkan niat kita untuk melakukan sesuatu atau tetap kita jalani akan tetapi disertai dengan perasaan was-was karena khawatir madlorot akan menimpanya.
Siapapun pasti pernah dihinggapi perasaan tathoyyur sebagaimana sabda nabi shollallohu alaihi wasallam :

الطيرة شرك، الطيرة شرك، وما منا إلا
...
Thiyarah itu perbuatan syirik, thiyarah itu perbuatan syirik, tidak ada seorangpun dari antara kita kecuali (telah terjadi dalam hatinya sesuatu dari hal ini), [HR Tirmidzi]

Kenapa tathoyyur (sikap pesimis) dicela ? Alhaliimi berkata : pesimis adalah sikap su udzon kepada Alloh tanpa dasar yang benar sementara tafa ul (optimis) adalah sikap husnudzon kepada Alloh. Dan seorang mukmin diperintah untuk berhusnudzon (berbaik sangka) kepada Alloh di setiap keadaan.

Lalu apa yang harus kita lakukan ketika perasaan pesimis muncul ? Maka kita harus melakukan tiga hal : munculkan sikap optimis dengan meyakini kita bisa melakukannya dengan pertolongan Alloh dan meyakini bahwa tidak akan terjadi madlorot kecuali atas kehendak Alloh. Selanjutnya memunculkan kata-kata baik yang memotifasi kita untuk semakin yakin meneruskan niat kita dan tidak boleh dilupakan selalu berdoa kepada Alloh agar dikuatkan untuk menunaikan maksud dan niat kita. Di bawah ini di antara dalil-dalil yang isa menjadi acuan :
Imam Bukhori dan Muslim meriwayatkan pula dari Anas bin Malik Radhiallahu’anhu, ia berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam telah bersabda :

لا عدو ولا طيرة ويعجبني الفأل، قالوا : وما الفأل ؟ قال : الكلمة الطيبة
.
Tidak ada ‘Adwa dan tidak ada Thiyarah, tetapi Fa’l menyenangkan diriku, para sahabat bertanya : apakah Fa’l itu ? beliau menjawab : yaitu kalimah thoyyibah (kata kata yang baik)
Abu Daud meriwayatkan dengan sanad yang shoheh, dari Uqbah bin Amir, ia berkata : “Thiyarah disebut-sebut dihadapan Rasulullah, maka beliaupun bersabda :

أحسنها الفأل، ولا ترد مسلما، فإذا رأى أحدكم ما يكره فليقل : اللهم لا يأتي بالحسنات إلا أنت، ولا يدفع السيئات إلا أنت، ولا حول ولا قوة إلى بك

Yang paling baik adalah Fa’l, dan Thiyarah tersebut tidak boleh menggagalkan seorang muslim dari niatnya, apabila salah seorang di antara kamu melihat sesuatu yang tidak diinginkannya, maka hendaknya ia berdo’a : Ya Allah, tiada yang dapat mendatangkan kebaikan kecuali Engkau, dan tiada yang dapat menolak kejahatan kecuali Engkau, dan tidak ada daya serta kekuatan kecuali atas pertolonganMu.

Maroji’ :

Fathul Majid, Syaikh Abdurrohman Hasan Alu Syaikh hal 250
Alqoulul Mufid, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin 1/559-560
Kitab Tauhid, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bab Maa jaa a Fith Thathoyyur