Ilmu Dan Amal
صِرَاطَ الَّذِيْنَ أنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّيْنَ
Yaitu jalannya orang yang telah engkau berikan nikmat atas mereka, bukan jalannya orang yang engkau murkai juga bukan orang-orang sesat
Seorang ustadz begitu mendalam ilmu fiqhnya. Dengan runtut ia terangkan akan wajibnya menegakkan sholat berjamaah. Aturan imam dan makmun serta apa saja yang terkait dengan pelaksanaan sholat berjamaah dengan detil ia jelaskan kepada jamaah. Semua dalil yang berkenaan dengannya ia hapal yang membuat orang terkagum.
Sayang masyarakat akhirnya kecewa karena tidak pernah melihat sang ustadz hadir di masjid selain hari jumat. Ilmunya yang luas tidak didukung dengan kenyataan. Kelakuan seperti ini mewakili potret yahudi. Berilmu tapi tidak beramal sehingga Alloh menjulukinya dengan almaghdlub (kaum yang dimurkai)
Pada kasus lain, ada seseorang yang begitu tekun beribadah. Tahajud tidak pernah ia lupakan dan dzikir senantiasa membasahi bibirnya. Sekilas nampak bagus. Akan tetapi bila ditimbang dengan mizan syariat maka kita akan tahu bahwa apa yang selama ini ia lakukan adalah sia-sia.
Keengganannya untuk duduk di majlis ilmu menyebabkan ia buta terhadap sunnah rosululloh shollallohu alaihi wasallam. Semangatnya dalam beribadah tidak didukung oleh ilmu yang benar sehingga ia tidak memperoleh pahala akibat ibadah yang dilakukan tidak selaras dengan sunnah yang diajarkan oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam.
Orang ini mewakili potret kaum nasrani, beramal tanpa ilmu sehingga Alloh menyebutnya dengan adl dlollin (kaum yang sesat)
Ibnu Taimiyyah berkata : kekufuran yahudi bermuara pada tidak adanya amal dengan ilmu mereka. Mereka mengetahui alhaq akan tetapi tidak mengikutinya dengan ucapan atau amalan, atau tidak ada ucapan dan amalan sekaligus. Adapun kekufuran nasrani berasal dari amal mereka yang tidak didasari oleh ilmu. Mereka begitu bersungguh-sungguh dalam serangkaian ibadah akan tetapi tidak berdasar syariat dari Alloh. Mereka mengatakan atas nama Alloh apa yang mereka tidak memiliki dasar ilmunya. Oleh karena itu ulama salaf seperti Sufyan bin Uyainah dan lainnya berkata :orang yang rusak dari kalangan ulama kita maka ia meniru kaum yahudi, sedangkan yang rusak dari kalangan ahli ibadah kita maka ia meniru kaum nasrani.
Walhasil menggabungkan antara ilmu dan amal adalah jalan selamat.
Maroji’ :
Iqtidlo’ Shirothil Mustaqim, Ibnu Taimiyyah hal 5