Ulama Dan Umaro
Keduanya adalah dasar kekuatan sebuah daulah. Umaro menjalankan tugasnya memimpin rakyat berdasarkan petunjuk ilmu yang dimiliki ulama. Artinya, alquran dan hadits sebagai sumber hukum dalam kehidupan akan terwujud lewat para pemimpin. Tentunya itu hanya bisa dilakukan bila mereka senantiasa menyandarkan semua keputusan lewat ahludzikr (orang yang alim dalam quran dan sunnah)
Bencana akan terjadi manakala penguasa tidak mengenal syariat, sementara dirinya dipenuhi oleh hawa nafsu. Di sisi lain para ulama terkena fitnah syahwat. Menjilat dan senantiasa mencari perhatian dari pemimpin demi kedudukan. Keinginan pemimpin senantiasa diamini dengan mencari dalil pendukung. Bila hal ini terjadi maka rakyat akan menjadi korban.
Sejarah mencatat, kekompakan antara syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang bahu membahu dengan raja Muhammad bin Su’ud memberantas syirik dan bid’ah yang merajalela di negeri Arab Saudi.
Jauh sebelumnya, Umar bin Khothob di saat memimpin umat senantiasa dikelilingi oleh ulama dan orang-orang yang diridloi dari kalangan ahlulbadr, sebagaimana sebuah riwayat :
وَكَانَ الْقُرَّاءُ أَصْحَابَ مَجَالِسِ عُمَرَ وَمُشَاوَرَتِهِ كُهُولًا كَانُوا أَوْ شُبَّانًا
Alqurro’ (ahli quran) adalah sahabat majlis Umar dan teman musyawarahnya baik dari kalangan muda atau tua [HR Bukhori]
Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin berkata : demikianlah seharusnya seorang amir atau kholifah memiliki teman dalam majlis dari kalangan orang-orang sholih. Karena bila orang-orang yang mengelilinginya bukan orang-orang sholih maka akan hancurlah umat. Oleh karena itu wajib bagi waliyyul amri memilih para stafnya dari kalangan ahli ilmu dan iman.
Maroji’ :
Syarh riyadlush sholih, Syaikh Muhammad Utsaimin 1/116