Umaro Dengan Rakyatnya
Alangkah indah sebuah daulah manakala para umaro sayang dan perhatian terhadap orang-orang yang dipimpinnya, sementara rakyat patuh dan setia kepada pemimpinnya.
Rakyat yang sabar dan tetap setia kepada pemimpin (yang terkadang melakukan kedzaliman) tanpa melakukan pemberontakan maka rosululloh shollallohu alaihi wasallam memberi kabar gembira :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ بَعْدِي أَثَرَةً وَأُمُورًا تُنْكِرُونَهَا قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أَدُّوا إِلَيْهِمْ حَقَّهُمْ وَسَلُوا اللَّهَ حَقَّكُمْ
Telah menceritakan kepada kami Musaddad dari Abdullah mengatakan; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada kami; Kalian akan menyaksikan sikap-sikap egois sepeninggalku, dan beberapa perkara yang kalian ingkari. Para sahabat bertanya; Lantas bagaimana anda menyuruh kami ya Rasulullah ! Nabi menjawab; Tunaikanlah hak mereka dan mintalah kepada Allah hakmu [HR Bukhori Muslim]
عَنْ أُسَيْدِ بْنِ حُضَيْرٍ أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ اسْتَعْمَلْتَ فُلَانًا وَلَمْ تَسْتَعْمِلْنِي قَالَ إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ بَعْدِي أَثَرَةً فَاصْبِرُوا حَتَّى تَلْقَوْنِي عَلَى الْحَوْضِ
Dari Usaid bin Hudhair, ada seseorang yang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berujar ; Wahai Rasulullah, engkau mempekerjakan si fulan namun engkau tidak mempekerjakan aku ? maka Nabi menjawab ; kalian sepeninggalku akan melihat sifat-sifat egoisme, maka bersabarlah hingga kalian menemuiku di telaga mahsyar [HR Bukhori Muslim]
Di sisi lain pemerintah yang bertanggung jawab dan menunaikan amanat yang diemban, akan beroleh pahala yang sangat besar :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ ابْنُ نُمَيْرٍ وَأَبُو بَكْرٍ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي حَدِيثِ زُهَيْرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا
Dari Abdullah bin 'Amru, -dan Ibnu Numair dan Abu Bakar mengatakan sesuatu yang sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan dalam haditsnya Zuhair- dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Orang-orang yang berlaku adil berada di sisi Allah di atas mimbar (panggung) yang terbuat dari cahaya, di sebelah kanan Ar Rahman 'azza wajalla -sedangkan kedua tangan Allah adalah kanan semua-, yaitu orang-orang yang berlaku adil dalam hukum, adil dalam keluarga dan adil dalam melaksanakan tugas yang di bebankan kepada mereka [HR Muslim]
عَنْ عَائِشَةَ سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي بَيْتِي هَذَا اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ فَارْفُقْ بِهِ
Dari Aisyah saya dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau berdo'a ketika berada di rumahku ini : Ya Allah, siapa yang menjabat suatu jabatan dalam pemerintahan ummatku lalu dia mempersulit urusan mereka, maka persulitlah dia. Dan siapa yang menjabat suatu jabatan dalam pemerintahan ummatku lalu dia berusaha menolong mereka, maka tolong pulalah dia [HR Muslim]
Yang lebih penting dari itu masing-masing dari kedua belah pihak harus mengetahui kewajiban yang harus dipenuhi. Di antara hal yang perlu diketahui dari sang pemimpin adalah :
1. Bertaqwa kepada Alloh
Ibnu Jauzi berkata : Harus diketahui oleh setiap pemimpin bahwa hiasan dan kewibawaannya adalah takut kepada Alloh dan sikap tawadlu.
2. Berhukum dengan hukum Alloh
3. Bersikap adil kepada rakyat yang dipimpinnya
4. Tegas dalam menjalankan hukum hudud
5. Memiliki jiwa amanah
6. Memiliki kewibawaan
7. Melibatkan ulama dan para hakim dalam memutuskan perkara
8. Tidak tergesa-gesa dalam memecahkan sebuah [roblematika
9. Memahami kondisi rakyat dan situasi politik
10. Bersikap lembut dan tidak boleh mudah memperlihatkan amarah
Contoh kasus bisa kita lihat yang terjadi pada masa Umar bin Khothob :
عَنْ ابْن عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَدِمَ عُيَيْنَةُ بْنُ حِصْنِ بْنِ حُذَيْفَةَ فَنَزَلَ عَلَى ابْنِ أَخِيهِ الْحُرِّ بْنِ قَيْسٍ وَكَانَ مِنْ النَّفَرِ الَّذِينَ يُدْنِيهِمْ عُمَرُ وَكَانَ الْقُرَّاءُ أَصْحَابَ مَجَالِسِ عُمَرَ وَمُشَاوَرَتِهِ كُهُولًا كَانُوا أَوْ شُبَّانًا فَقَالَ عُيَيْنَةُ لِابْنِ أَخِيهِ يَا ابْنَ أَخِي هَلْ لَكَ وَجْهٌ عِنْدَ هَذَا الْأَمِيرِ فَاسْتَأْذِنْ لِي عَلَيْهِ قَالَ سَأَسْتَأْذِنُ لَكَ عَلَيْهِ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ فَاسْتَأْذَنَ الْحُرُّ لِعُيَيْنَةَ فَأَذِنَ لَهُ عُمَرُ فَلَمَّا دَخَلَ عَلَيْهِ قَالَ هِيْ يَا ابْنَ الْخَطَّابِ فَوَاللَّهِ مَا تُعْطِينَا الْجَزْلَ وَلَا تَحْكُمُ بَيْنَنَا بِالْعَدْلِ فَغَضِبَ عُمَرُ حَتَّى هَمَّ أَنْ يُوقِعَ بِهِ فَقَالَ لَهُ الْحُرُّ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَالَ لِنَبِيِّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُذْ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنْ الْجَاهِلِينَ وَإِنَّ هَذَا مِنْ الْجَاهِلِينَ وَاللَّهِ مَا جَاوَزَهَا عُمَرُ حِينَ تَلَاهَا عَلَيْهِ وَكَانَ وَقَّافًا عِنْدَ كِتَابِ اللَّهِ
Dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata ; Uyainah bin Hishan bin Hudzafah datang, lalu singgah dirumah anak saudaranya yaitu AL Hurr bin Qais. Ia adalah salah seorang yang dekat dengan Umar, salah seorang Qari di Majlis Umar dan dewan syuranya. Baik ketika ia masih muda maupun sudah tua. Uyainah berkata kepada anak saudaranya; Wahai anak saudaraku, apakah kamu ada masalah dengan Amirul Mukminin, izinkanlah aku menemuinya. AL Hurr berkata; Aku akan memintakan izin untukmu. Ibnu Abbas berkata; Maka Al Hurr meminta izin untuk Uyainah agar bisa menemui Umar, Umar pun mengizinkannya. Tatkala ia masuk, ia berkata; Wahai Ibnul Khatthab, Demi Allah, anda tidak memenuhi hak kami, dan tidak bersikap adil kepada kami. Maka Umar pun marah, hampir saja ia akan memukulnya. Lalu Al Hurr berkata kepadanya ; Wahai Amirul Mukminin, Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam : Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. Dan ini terhadap orang-orang yang bodoh. Ibnu Abbas berkata ; maka demi Allah, Umar pun tidak menyakitinya ketika ayat itu dibacakan kepadanya. Ia berhenti mendengar Kitabullah [HR Bukhori]
Syaikh Mushthofa Albugho berkata : urgensi sikap sabar, lemah lembut dan ketenangan dari para pemimpin di hadapan rakyatnya. Ia tidak boleh marah karena maslahat umat tidak akan terwujud bila disikapi dengan sikap amarah.
Maroji’ :
Al imaamatul Udzma, Syaikh Nashir Abdurrozaq al Ubaidan hal 47-49
Nuzhatul Muttaqin, Syaikh Mushthofa Albugho 1/67