Sifat Buruk Manusia (2)

(a) Lemah

يُرِيْدُ الله أنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ الإِنْسَانُ ضَعِيْفاً

Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah [annisa’ : 28]

Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di menerangkan bahwa yang dimaksud dlo’if (lemah) pada ayat ini adalah : lemah pada baniyyah (fisik), irodah (kehendak), ‘azimah (tekad), iman dan sabar.
Karena lemah fisik maka Alloh mempersilahkan para musafir dan orang sakit untuk membatalkan shoumnya dengan diganti pada hari lain.

Terkadang irodah dan azimah kita melemah maka Alloh memerintahkan kita untuk berjihad dalam keadaan khifaafan (ringan) maupun tsiqolan (berat) dan memaklumi yang keberangkatan dipenuhi oleh bayangan keberatan.

Di saat iman bertingkat-tingkat maka Alloh Alloh mempersilahkan kita untuk melakukan amar makruf nahi munkar sesuai kelas iman yang kita miliki masing-masing. Bisa dengan tangan, lisan atau hati.
Ketika ditimpa ujian, semisal disakiti oleh orang lain, bagi orang tertentu maka ia mampu bersabar dan bahkan memaafkan si pelaku dengan harapan mendapat pahala dari Alloh. Akan tetapi bagi sebagian lain mungkin ia tidak mampu mengobati sakit hatinya selain membalas kesalahan pelaku. Dalam hal ini Alloh mempersilahkan untuk menuntut qishosh atau mendoakan kejelekan bagi pelaku, dengan janji bahwa doa orang terdzalimi pasti terkabul karena tidak ada hijab antara dirinya dengan Alloh.

Rupanya lemahnya umat islam sudah diketahui oleh nabi Musa alaihissalam. Pada peristiwa isro’ mi’roj, ketika diketahui perintah sholat kepada rosululloh shollallohu alaihi wasallam adalah sebanyak lima puluh kali maka Musa berkata : kembalilah kepada Alloh, mintalah kepadaNya keringanan karena umatmu tidak akan mampu memikulnya. Sesungguhnya aku pernah menguji manusia sebelummu atas perintah yang lebih sedikit dari itu akan tetapi mereka tidak mampu melakukannya dan sungguh umatmu adalah lebih lemah pendengaran, penglihatan dan hatinya.

Maroji’ :

Tafsir Alquran Al’adzim, Abu Fida’ Alhafidz Ibnu Katsir Addamsyiqi 1/592
Taisir Karim Arrohman, Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di 1/255