Tergesa-Gesa
وًيَدْعُ الإِنْسَانُ بِالشَّرِّ دُعاَءَهُ بِالْخَيْرِ وَكانَ الإِنْساَنُ عَجُوْلاً
Dan manusia berdoa untuk keburukan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan dan manusia adalah bersifat tergesa-gesa. [al isro’ : 11]
Syaikh Abu Bakar Jabir Aljazairi berkata : ayat ini menerangkan akan lemahnya manusia dari cara berpikirnya terhadap akibat dari sebuah perbuatan. Manakala marah, ia berdoa untuk diri dan keluarganya dengan kejelekan tanpa berpikir akibat sesudahnya bila Alloh mengabulkan apa yang ia ucapkan.
Melihat kenakalan anak, orang tua berujar “ Dasar anak tak tahu diri, daripada begini lebih baik aku tidak punya anak “ ternyata setelah itu anaknya mati sementara dirinya akhirnya mandul. Iapun melewati hari-harinya dengan penyesalan yang tak berujung.
Sifat tergesa juga dimiliki oleh sebagian sahabat sebagaimana sebuah riwayat :
عَنْ خَبَّابِ بْنِ الْأَرَتِّ قَالَ شَكَوْنَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُتَوَسِّدٌ بُرْدَةً لَهُ فِي ظِلِّ الْكَعْبَةِ قُلْنَا لَهُ أَلَا تَسْتَنْصِرُ لَنَا أَلَا تَدْعُو اللَّهَ لَنَا قَالَ كَانَ الرَّجُلُ فِيمَنْ قَبْلَكُمْ يُحْفَرُ لَهُ فِي الْأَرْضِ فَيُجْعَلُ فِيهِ فَيُجَاءُ بِالْمِنْشَارِ فَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ فَيُشَقُّ بِاثْنَتَيْنِ وَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ وَيُمْشَطُ بِأَمْشَاطِ الْحَدِيدِ مَا دُونَ لَحْمِهِ مِنْ عَظْمٍ أَوْ عَصَبٍ وَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ وَاللَّهِ لَيُتِمَّنَّ هَذَا الْأَمْرَ حَتَّى يَسِيرَ الرَّاكِبُ مِنْ صَنْعَاءَ إِلَى حَضْرَمَوْتَ لَا يَخَافُ إِلَّا اللَّهَ أَوْ الذِّئْبَ عَلَى غَنَمِهِ وَلَكِنَّكُمْ تَسْتَعْجِلُونَ
Dari Khabbab bin Al Arat berkata : Kami mengadu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika beliau sedang berbantalkan kain selimut beliau di bawah naungan Ka'bah; Tidakkah baginda memohon pertolongan buat kami ? Tidakkah baginda berdo'a memohon kepada Allah untuk kami ?. Beliau bersabda : Ada seorang laki-laki dari ummat sebelum kalian, lantas digalikan lubang untuknya dan ia diletakkan di dalamnya, lalu diambil gergaji, kemudian diletakkan gergaji itu di kepalanya lalu dia dibelah menjadi dua bagian namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Tulang dan urat di bawah dagingnya disisir dengan sisir besi namun hal itu tidak menghalanginya dari agamanya. Demi Allah, sungguh urusan (Islam) ini akan sempurna hingga ada seorang yang mengendarai kuda berjalan dari Shana'a menuju Hadlramaut tidak ada yang ditakutinya melainkan Allah atau (tidak ada) kekhawatiran kepada serigala atas kambingnya. Akan tetapi kalian sangat tergesa-gesa [HR Bukhori]
Sementara Abdulloh bin Abbas mengomentari sifat ketergesaan dengan mengatakan : ciri dari sebuah ketergesaan seseorang adalah, lebih mementingkan keuntungan yang ada di hadapannya sekarang meski sedikit daripada keuntungan yang akan datang meski jumlahnya banyak. Atau dengan bahasa lain : lebih mementingkan keuntungan dunia yang tidak terlalu bernilai daripada keuntungan akhirat yang bersifat abadi.
Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di menyebut contoh lain dari sifat ketergesaan dengan menyebut ketergesaan orang beriman dan orang kafir. Di satu sisi orang beriman ingin agar Alloh segera mengadzab kaum musyrikin yang selalu memusuhi mereka, di sisi lain orang kafirpun menantang agar Alloh segera menurunkan adzab atas diri mereka. Allohpun menurunkan firmanNya :
خُلِقَ الإِنْسَانُ مِنْ عَحَلٍ سَأرِيْكُمْ ءَايَاتِي فَلاَ تَسْتَعْجِلُوْنَ وَيَقُوْلُوْنَ مَتَى هذَا الْوَعْدُ إنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ
37. Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. kelak akan aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.
38. Mereka berkata : Kapankah janji itu akan datang, jika kamu sekaIian adalah orang-orang yang benar ? [al anbiya’ : 37-38]
Maroji’ :
Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Aljazairi hal 793
Taisir Kalim arrohman, Syaikh Abdurrohman Nashir Assa’di 2/832