Penentang Yang Nyata
أوَلَمْ يَرَ الإِنْسَانُ أنَّا خَلَقْناَهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيْمٌ مُّبِيْنٌ
Dan Apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), Maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata ! [yasin : 77]
Ayat ini sebenarnya berbicara tentang orang kafir, di antaranya ‘Ashi bin Wail Assahmi dan Ubay bin Kholaf yang tidak mempercayai adanya hari berbangkit. Argumen yang keduanya ajukan adalah tulang belulang yang mustahil akan dibangkitkan kembali menjadi utuh pada hari kiamat. Padahal kalau Alloh mampu menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada maka Dia lebih mampu untuk mengembalikan yang sudah ada.
Kita melihat gelas yang sudah pecah, plastik yang tertimbun di tanah dan barang rongsokan lain yang diambil para pemulung lalu diolah oleh pabrik ternyata mampu berubah wujud dari sesuatu yang rusak dan tidak utuh menjadi baru dan siap pakai.
Tapi begitulah manusia yang memiliki sikap menentang. Bahkan kepada Alloh Yang Maha Mengetahuipun mereka berani melakukan pembangkangan. Tidak tertutup kemungkinan orang beriman bisa saja terjangkiti penyakit ini.
Ketika perintah berderma Alloh berikan dengan janji keuntungan, tidak sedikit yang pelit dan tidak tergiur untuk menunaikannya.
Jihad sebagai puncak menara tertinggi islam yang diberi gelar syahid bagi yang mati di dalamnya, terlalu banyak yang bersifat pengecut bahkan menentang akan faridloh agung ini.
Jilbab sebagai simbol wanita muslimah dianggap membatasi ruang gerak. Tak jarang penolakan terjadi dengan alasan panas, padahal neraka lebih panas dan itu disediakan bagi wanita yang enggan menutup aurotnya.
Dengan dalih HAM, syariat islam ditolak, demikian selanjutnya. Itulah tingkah polah makhluq yang asal penciptaannya dari setetes air mani.
Maroji’ :
Aisaruttafasir, Syaikh Abu Bakar Aljazairi hal 1282