Si Kaya Dan Si Miskin
Tidak ada yang mampu membedakan kedudukan seseorang di hadapan Alloh selain taqwa. Dengannya miskin dan kaya berhak mendapat kemuliaan di sisi Alloh. Bukti akan ketakwaan seorang kaya adalah bersyukur sedangkan sabar adalah ciri ketaqwaan seorang miskin.
Setelah menyadari akan ketetapan yang sudah diterima maka keduanya harus kompak untuk bersama-sama menjaga kataqwaan kepada Alloh.
Si kaya harus tahu bahwa kesuksesannya tidak bisa dipisahkan oleh andil orang-orang fakir.
Selanjutnya apa yang ia dapat yang menjadi penunjang kebahagiaan hidupnya, tentu ia akan tergerak untuk membagi kebahagiaan itu bagi mereka yang tak punya. Alloh memberi peluang untuk itu. Zakat, infaq dan shodaqoh adalah medan untuk berbagi kebahagiaan. Di sinilah rosululloh shollalohu alaihi wasallam mengingatkan :
هَلْ تُنْصَرُوْنَ وَتُرْزَقُوْنَ إلاَّ بِضُعَفَاءِكُمْ ؟
Bukankah kalian dimenangkan dan diberi rizki oleh Alloh lewat orang-orang lemah di antara kalaian ? [HR Bukhori dan Abu Daud]
Di sisi lain orang miskin yang telah mendapat bantuan dari orang kaya tentu harus mampu membalas kebaikan itu. Bagaimana cara membalasnya ? Rosululloh shollalohu alaihi wasallam memberi petunjuk :
من سأل بالله فأعطوه، ومن استعاذ بالله فأعيذوه، ، ومن دعاكم فأجيبوه، ومن صنع إليكم معروفا فكافئوه، فإن لم تجدوا ما تكافئونه فادعوا له حتى تروا أنكم قد كافأتموه
Barangsiapa yang meminta dengan menyebut nama Allah, maka berilah, barangsiapa yang meminta perlindungan dengan menyebut nama Allah maka lindungilah, barangsiapa yang mengundangmu maka penuhilah undangannya, dan barangsiapa yang berbuat kebaikan kepadamu, maka balaslah kebaikan itu (dengan sebanding atau lebih baik), dan jika engkau tidak mendapatkan sesuatu untuk membalas kebaikannya, maka doakan ia, sampai engkau merasa yakin bahwa engkau telah membalas kebaikannya [HR Abu Daud dan Nasai]
Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin berkata : demikianlah seorang miskin, bila tidak mampu membalas kebaikan dari si kaya maka ia dapat membalasnya dengan cara mendoakan si pemberi dan doa itu ia panjatkan segera karena ia bagian dari sikap segera dalam melaksanakan perintah rosululloh shollallohu alaihi wasallam.
Syaikh Mushthofa Albugho berkata : kaum dluafa’ lebih ikhlash dalam berdoa dan lebih khusyu dalam beribadah karena hatinya kosong dari sikap tergantung dari kemegahan dunia.
Manakala hubungan kedua kelompok (si kaya dan si miskin) berjalan seperti di atas maka akan seimbanglah perjalanan dunia. Kelak di akhirat, mereka akan dipertemukan oleh Alloh di dalam aljannah lewat sabar dan syukur yang mewarnai kehidupan mereka.
Sebaliknya bila si kaya sombong dan tidak peduli akan nasib si fakir maka akan timbul keirian dari mereka yang merasa tidak terperhatiakan. Itu akan menjadi pemicu dari timbulnya kejahatan. Perampokan dan pembunuhan akan mewarnai perjalanan dunia.
Maroji’ :
Nuzhatul Muttaqin, Syaikh Mushthofa Albugho 1/231
Alqoul Mufid, Syaikh Muhammad Sholih Utsaimin 2/354