Keunggulan Ilmu Atas Harta
Kebanyakan manusia lebih terpesona pada harta dari ilmu. Bila diadakan pilihan untuk menentukan antara keduanya, tentu pilihan harta akan menempati peminat yang lebih banyak.
Ibnu Qoyyim menyadarkan kita betapa penilaian seperti itu sangatlah tidak benar. Beliau sebutkan kemuliaan ilmu atas harta, diantaranya :
1. Ilmu adalah warisan para nabi, sedangkan harta warisan Qorun dan teman-temannya. Tentu berbeda, di saat para nabi meninggalkan warisan berupa ilmu dan menjamin bahwa siapa mengambilnya akan mendapat keuntungan yang besar dengan harta yang belum tentu akan memberi kebahagiaan.
2. Ilmu menjaga dan memelihara pemiliknya. Ia akan mengajaknya berbuat yang makruf dan mengingatkannya di saat akan berbuat yang munkar. Sebaliknya harta selalu dijaga pemiliknya.
3. Memiliki ilmu berarti memiliki banyak sahabat. Kehadirannya senantiasa ditunggu, adapun pemilik harta terkadang memiliki banyak musuh. Dari yang iri dan yang ingin merebutnya.
4. Ilmu bila diberikan dengan cara mengajarkan dan mendakwahkannya akan semakin bertambah. Harta bila diberikan kepada orang lain akan berkurang.
5. Ilmu tidak mungkin dicuri, sedang harta begitu mudahnya dicuri, dirampok dan dirampas.
6. Ilmu tidak akan lapuk oleh zaman sedang harta akan lenyap dan usang seiring bergantinya waktu dan jaman.
7. Ilmu tidak memiliki ujung dan batas, adapun harta bisa dihitung dan dikalkulasi jumlahnya.
8. Ilmu adalah cahaya yang memancarkan sinar kebaikan dengannya hati akan merasa tenang. Sebaliknya harta bisa menggelapkan pemiliknya karena belum tentu ia bisa membeli kebahagiaan.
9. Pemilik ilmu yang senantiasa menyebarkan kebajikan akan mengundang penyebutan mulia “ ustadz, alim dan lainnya “. Tak sedikit orang yang berharta melimpah mendapat sebutan “ si kikir “
10. Ilmu mengajak pemiliknya untuk mencintai Alloh, sedangkan harta terkadang membangkitkan kesombongan dan tinggi hati
Sebagai pelengkap, mari kita simak sabda rosululloh shollallohu alaihi wasallam :
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
Barangsiapa meniti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mempermudahnya jalan ke surga. Sungguh, para Malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridlaan kepada penuntut ilmu. Orang yang berilmu akan dimintakan ampun oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan yang ada di dasar laut. Kelebihan seorang alim dibanding ahli ibadah seperti keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang. Para ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak [HR Abu Daud dan Tirmidzi]