Harta Dalam Pandangan Islam (56)

Harta Umat Islam Dari Orang Kafir

1. Ghonimah

Penulis tafsir ayat ahkam memberi definisi ghonimah dengan mengatakan :

ما أخذ من الكفار قهراً بطريق القتال والغلبة

apa yang diambil dari orang kafir secara paksa lewat peperangan dan penaklukkan
Status dari ghonimah adalah halal bagi umat rosululloh shollallohu alaihi wasallam sebagaimana sabda beliau :

عَنْ جَابِر بْن عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ قَبْلِي نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ وَجُعِلَتْ لِي الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا فَأَيُّمَا رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي أَدْرَكَتْهُ الصَّلَاةُ فَلْيُصَلِّ وَأُحِلَّتْ لِي الْمَغَانِمُ وَلَمْ تَحِلَّ لِأَحَدٍ قَبْلِي وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً

Dari Jabir bin 'Abdullah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Aku diberikan lima perkara yang tidak diberikan kepada orang sebelumku; aku ditolong melawan musuhku dengan ketakutan mereka sejauh satu bulan perjalanan, dijadikan bumi untukku sebagai tempat sujud dan suci. Maka dimana saja salah seorang dari umatku mendapati waktu shalat hendaklah ia shalat, dihalalkan untukku harta rampasan perang yang tidak pernah dihalalkan untuk orang sebelumku, aku diberikan (hak) syafa'at, dan para Nabi sebelumku diutus khusus untuk kaumnya sedangkan aku diutus untuk seluruh manusia [HR Bukhori, Muslim, Ahmad dan Addarimi]

2. Fa’i

Sayyid Sabiq memberi definisi fa’i :

الْمَالُ الّذِى أخَذَهُ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ أعْدَاءِهِمْ دُوْنَ قِتَالٍ

Harta yang diambil kaum muslimin dari musuh-musuh mereka tanpa ada peperangan
Salah satu bentuk fa’i yang pernah didapat oleh rosululloh shollallohu alaihi wasallam adalah pada perang sawiq (gandum). Dituturkan oleh penulis arrohiq almakhtum bahwa Abu Sufyan mencoba untuk menyerang kota Madinah. 200 penunggang kuda ia kerahkan hingga tiba di gunung Tsaib, 12 mil dari kota Madinah. Saat mendengar kedatangan mereka, rosululloh shollallohu alaihi wasallam segera mengejar mereka. Pasukan kafirpun lari. Demi mempercepat langkah kuda, mereka menjatuhkan sawiq (gandum) yang merupakan bagian dari perbekalan mereka. Sampai di Qorqoroh Kudr, umat islam pulang dengan membawa gandum sehingga perang ini disebut ghozwatu sawiq.

3. Jizyah

Jizyah adalah pajak yang diberlakukan bagi ahlu dzimmah (orang kafir yang terlindungi) yang tinggal di negeri islam. Bagi kaum hali kitab diberi tiga opsi yang mereka pilih salah satunya, yaitu : masuk islam, membayar jizyah atau diperangi. Ayat yang mengaturnya adalah firman Alloh :

قَاتِلُوا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَلَا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ

Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (Yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam Keadaan tunduk [attaubah : 29]

عَنْ عَبْدِ اَلرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ رضي الله عنه أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم أَخَذَهَا يَعْنِي: اَلْجِزْيَةُ مِنْ مَجُوسِ هَجَرَ

Dari Abdurrahman Ibnu 'Auf Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengambilnya, yaitu upeti, dari kaum Majusi Hajar [HR Bukhari]

Dalam madzhab Syafi’i sebagaimana yang dituturkan oleh pengarang Kifayatul Akhyar, prosedur diterimanya orang kafir tinggal di negeri islam adalah : Perkataan seorang imam atau yang mewakilinya “ Aku izinkan kalian tinggal di negeri islam dengan syarat kalian tunduk kepada hukum islam dan membayar jizyah setiap tahunnya sekian “. Ahlu dzimmahpun menjawab “ Saya terima atau saya ridlo “
Selanjutnya ketentuan pembayaran jizyah sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Umar bin Khothob adalah : satu dinar bagi miskin yang memiliki pekerjaan, dua dinar bagi kalangan menengah dan empat dinar teruntuk orang kaya.

4. Salab

Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam menerangkan tentang salab dengan berkata : apa yang ada pada orang kafir yang terbunuh baik berupa pakaian, perhiasan, sabuk, baju besi, tameng, mahkota, sepatu, pedang, senapan, ikat pinggang meski terbuat dari emas, mobil, motor, pesawat yang digunakan untuk menyerang dan lainnya.
Pengarang Almizan Alkubro berpendapat bahwa dalam madzhab Syafi’i dan Hambali, salab berhak dimiliki oleh si pembunuh baik ada persetujuan dari pemimpin atau tidak. Adapun dalil tentang disyariatkannya salab adalah dua hadits di bawah ini :

عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَضَى بِالسَّلَبِ لِلْقَاتِلِ

Dari 'Auf Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menetapkan harta rampasan perang itu bagi sang pembunuh [HR Muslim dan Abu Dawud]

َعَنْ عَبْدِ اَلرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ رضي الله عنه فِي قِصَّةِ قَتْلِ أَبِي جَهْلٍ قَالَ فَابْتَدَرَاهُ بِسَيْفَيْهِمَا حَتَّى قَتَلَاهُ, ثُمَّ انْصَرَفَا إِلَى رَسُولِ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَأَخْبَرَاهُ, فَقَالَ: أَيُّكُمَا قَتَلَهُ ? هَلْ مَسَحْتُمَا سَيْفَيْكُمَا ? قَالَا : لَا قَالَ: فَنَظَرَ فِيهِمَا, فَقَالَ: كِلَاكُمَا قَتَلَهُ, سَلْبُهُ لِمُعَاذِ بْنِ عَمْرِوِ بْنِ اَلْجَمُوحِ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Abdurrahman Ibnu 'Auf Radliyallaahu 'anhu tentang kisah pembunuhan Abu Jahal. Ia berkata : Mereka berdua (Mu'awwidz dan Mu'adz) saling berlomba memancungnya, hingga mereka membunuhnya. Kemudian mereka kembali kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan memberitahukan kepada beliau. Maka beliau bertanya : Siapakah di antara kamu berdua yang membunuhnya ? Apakah kalian sudah membersihkan pedang kalian ?. Mereka menjawab : Belum. Perawi berkata: Lalu beliau memeriksa pedang mereka dan bersabda : Kalian berdua telah membunuhnya. Kemudian beliau memutuskan bahwa harta rampasannya untuk Mu'adz Ibnu Amar Ibnu al-Jamuh. [Muttafaq Alaihi]

5. Fida’

Fida’ adalah tebusan tawanan perang dengan uang. Alloh berfirman :

فَإِذَا لَقِيتُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا فَضَرْبَ الرِّقَابِ حَتَّى إِذَا أَثْخَنْتُمُوهُمْ فَشُدُّوا الْوَثَاقَ فَإِمَّا مَنًّا بَعْدُ وَإِمَّا فِدَاءً حَتَّى تَضَعَ الْحَرْبُ أَوْزَارَهَا ذَلِكَ وَلَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَكِنْ لِيَبْلُوَ بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍ وَالَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَلَنْ يُضِلَّ أَعْمَالَهُمْ

Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) Maka pancunglah batang leher mereka. sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka Maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir. Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. dan orang-orang yang syahid pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka [Muhammad : 4]

Berdasarkan ayat ini maka tawanan orang kafir bisa dilakukan satu di antara tiga tindakan, yaitu : dibunuh, fida’ (tebusan dengan sejumlah uang) atau almann (dibebaskan sesuai dengan kebijakan imam). Pengarang tafsir Zadul Masir berpendapat bahwa ayat diatas adalah muhkam bukan mansukh. Hal ini selaras dengan pendapat ibnu Umar, Mujahid, Hasan Albashri, Ibnu Sirin, Ahmad dan Syafi’i.

6. Khorroj dan usyr

al-Kharaj (pajak bumi yang dimiliki oleh Negara) sedangkan al-Usyr (bea cukai bagi para pedagang non muslim yang masuk ke Negara Islam)

Maroji’ :
Tafsir Ayat Ahkam (maktabah syamilah) 1/272
Arrohiq Almakhtum, Syaikh Shofiyyurrohman Almubarokfuuri hal 288
Kifayatul Akhyar, Taqiyyuddin Abu Bakar Muhammad Alhusaini Alhishni 2/217
Taudlihul Ahkam, Syaikh Abdulloh Abdurrohman Albassam 4/260
Almizan Alkubroabdul Wahhab bin Ahmad bin Ali Al Anshoriy 2/177
Zadul Masir (maktabah syamilah) 5/372