Harta Dalam Pandangan Islam (65)

Nisbat Harta Pada Penamaan Anak

Orang tua akan memberi nama buat anak-anaknya dengan nama yang baik karena ia bagian dari doa. Alloh sangat menyukai nama Abdulloh dan Abdurrohman hingga rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda :

أحَبُّ الأَسْمَاءِ إلَى الله عَبْدُ الله وَعَبْدُ الرّ حْمن

Nama yang paling dicintai Alloh adalah Abdulloh dan Abdurrohman [HR Muslim, Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah]

Di samping nama di atas, Ibnu Qoyyim menganjurkan untuk memberi nama bagi anak dengan nama-nama para nabi sehingga beliau membuat sebuah pembahasan di kitab Zadul Maad dengan judul Fashlun Fit Tasammi Bi Asmail Anbiya’ Sholawatullohi Alaihim (Pasal Memberi nama Dengan Nama-Nama Para Nabi Sholawatullohi Alaihim). Di situ dia berkata : Ketika para nabi adalah anak keturunan Adam yang paling mulia, ahlaq mereka paling agung, amal mereka paling sholih maka nama-nama merekapun pasti paling mulia.

Ada fenomena di masyarakat jaman dahulu bahwa sebagian orang tua menamai anak dengan nama yang berkonotasi harta sehingga diharapkan anaknya kelak akan menjadi orang yang kaya raya. Semisal Suharto (su berarti bagus dan harto bermakna harta) dengan harapan anaknya adalah orang yang berharta atau dengan nama Sugiharto (sugih berarti kaya)

Sebenarnya tidak salah bercita-cita sukses dunia akan tetapi tentunya tidak boleh lalai dari akhirat karena ia adalah tujuan utama. Ada dua ayat yang mengingatkan kita akan hal ini :

فَإِذَا قَضَيْتُمْ مَنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آَبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآَخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ أُولَئِكَ لَهُمْ نَصِيبٌ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ

200. Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, Maka berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang bendoa : Wahai Rob kami Kami, berilah Kami (kebaikan) di dunia, dan Tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat.
201. Dan di antara mereka ada orang yang berdoa : Wahai Rob Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka
202. Mereka Itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya [albaqoroh : 200-201]

Ayat di atas adalah pembagian manusia dalam harapan dan doanya : Yang pertama adalah kelompok yang hanya mengejar dunia dan kelompok dunia yang ingin mendapat kesuksesan di dunia dan akhirat. Pengarang tafsir Alwajiz berkata : (kelompok pertama) mereka adalah kaum musyrikin yang meminta harta, onta dan kambing. Mereka tidak mengharapkan kesenangan akhirat karena mereka memang tidak mengimaninya. Adapun kaum muslimin senantiasa meminta kebahagiaan dunia dan akhirat.
Pada ayat lain Alloh berfirman :

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi [alqoshosh : 77]

Ayat di atas mengajari kita bahwa akhirat dicari, sementara dunia tidak dilupakan. Berarti kedudukan akhirat jauh lebih tinggi dibanding nilai dunia Lalu apa kaitannya dengan nama Suharto, Sugiharto dan lainnya ? Nama tersebut lebih menunjukkan akan keinginan dari orang tua akan kesuksesan dunia semata. Akan lebih baik bila mencari nama lain yang menggabungkan antara sukses dunia (kaya harta) sementara kebahagiaan akhirat tetap menjadi tujuan utama.

Nampaknya nama Abdurrozaq (hamba Alloh Yang Maha Pemberi Rizki) lebih baik. Kenapa ? Karena dengan nama itu diharapkan anak sukses rezkinya dan tidak pernah melupakan penghambaannya kepada Alloh yang telah memberinya rizki.

Maroji’ :
Zadul Maad, Ibnu Qoyyim Aljauziyyah 2/6
Alwajiz (maktabah syamilah) 1/53